TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Selasa, 8 Februari 2022, meminta maaf pada seorang staf perempuan, yang menyebut telah mengalami perkosaan di sebuah kantor kementerian. Morrison juga meminta maaf setelah hasil evaluasi mengungkap separuh staf Parlemen pernah mengalami pelecehan, intimidasi, perundungan atau kekerasan seksual.
Sebelumnya pada akhir tahun lalu, Brittany Higgins mengungkap ke publik kalau dia telah mengalami perkosaan. Pengakuannya telah memicu dilakukan evaluasi. Para ketua partai pun menjanjikan perubahan.
“Kami meminta maaf. Saya meminta maaf kepada Ms. Higgins atas hal mengerikan yang terjadi di sini,” kata Morrison, yang menyebut tempat itu harusnya menjadi tempat yang aman, bukan berubah menjadi tempat yang mengerikan.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com
Permintaan maaf itu menandai tahun yang sulit bagi Morrison. Dia juga menghadapi gelombang unjuk rasa dari mereka yang anti-vaksin, yang berkumpul di luar gedung parlemen. Partai Konservatif, partainya Morrison, juga waswas dengan RUU kebebasan beragama.
Jika tidak ada aral melintang, Australia akan menggelar pemilu Mei 2022. Itu artinya anggota parlemen hanya punya sedikit waktu sebelum Pemerintah pusat menyampaikan anggaran pengeluaran pada Maret 2022 mendatang.
Integritas personal Morrison pun menjadi sasaran serangan setelah terjadi kebocoran, diantaranya histori SMS dari Pemerintah pusat dan mitra koalisi, termasuk beberapa orang yang menyebutnya seorang pembohong. Hasil jajak pendapat juga memperlihatkan dukungan pada Morrison menurun terkait cara penanganannya pada pandemi Covid-19.
Sumber: Reuters
Baca juga: Scott Morrison Optimis Perbatasan Australia Segera Dibuka
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.