TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan para ilmuwan melacak naiknya angka kematian akibat varian Omicron Covid-19 yang terus menyebar ke seluruh dunia. "Sejak Omicron pertama kali diidentifikasi 10 minggu yang lalu, hampir 90 juta kasus telah dilaporkan ke WHO," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam konferensi pers pada Selasa pagi, 1 Februari 2022.
“Kami sekarang mulai melihat naiknya kematian yang sangat mengkhawatirkan di sebagian besar wilayah di dunia,” ujarnya.
Tedros beberapa hari lalu telah memperingatkan bahwa berbahaya menganggap Omicron menjadi varian terakhir dari pandemi Corona. Varian tersebut, pertama kali diidentifikasi pada akhir November 2021 oleh para ilmuwan Afrika Selatan. Kini Omicron mendominasi menggantikan varian Delta di banyak wilayah di dunia. Omicron juga mampu menginfeksi orang yang divaksinasi lengkap.
Para ahli telah memperkirakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 akibat penularan Omicron akan menyebabkan naiknya angka kematian. Padahal Omicron tidak lebih mematikan dibandingkan varian sebelumnya.
Kematian di AS akibat COVID-19 mencapai level tertinggi dalam 11 bulan terakhir hingga hari Minggu lalu, menurut analisis Reuters. Begitu pula Australia yang melaporkan hari paling mematikan dari COVID-19 sejak dimulainya pandemi pada 28 Januari. Total kematian global sekarang mencapai 5.676.248.
Lebih dari 1.000 orang di Ontario meninggal pada bulan Januari, angka yang membuat pejabat kesehatan provinsi mempertimbangkan faktor-faktor di balik kenaikan itu, termasuk peran jumlah kasus Omicron yang meningkat. Sementara vaksin kurang efektif dalam mencegah infeksi Omicron. Vaksin baru dianggap efektif mencegah orang masuk ke rumah sakit atau menderita gejala Covid yang parah termasuk kematian.
Maria Van Kerkhove dari WHO dan pejabat lainnya pada hari Selasa menyatakan kekhawatiran tentang penyebaran informasi yang salah tentang efektivitas vaksin. “Yang lebih mengkhawatirkan saat ini adalah angka kematian yang meningkat tajam,” kata Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19.
Beberapa negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi mulai mencabut langkah-langkah kesehatan masyarakat COVID-19, termasuk Inggris dan Denmark.
Mike Ryan dari WHO, kepala program kedaruratan organisasi, mendesak agar semua orang berhati-hati. "Ketakutan terbesar saya saat ini adalah negara-negara memiliki sindrom lemming," katanya. “Mereka membuka atas dasar bahwa negara sebelah terbuka.”
Dia mendesak negara-negara untuk mempertimbangkan situasi dengan hati-hati. Ia juga meminta sebelum memutuskan mencabut pembatasan, mempertimbangkan data untuk mengantisipasi peningkatan kasus. "Itu akan menghasilkan transmisi yang tidak perlu dan kematian yang tidak perlu."
Baca: Kasus Baru Covid-19 di Tokyo Tembus Rekor Tertinggi
GLOBAL NEWS | REUTERS