TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat telah menyetujui pembebasan lima tahanan dari fasilitas penahanan militer Teluk Guantanamo, Kuba.
Seperti dilansir CNN pada Kamis 13 Januari 2022, keputusan itu diambil saat penjara itu menandai 20 tahun minggu ini sejak dibuka di bawah pemerintahan Presiden George W. Bush, beberapa bulan setelah serangan 11 September 2011.
Kelima tahanan yang telah berada di fasilitas penahanan tersebut selama satu dekade. Berdasar dokumen yang diposting online oleh Departemen Pertahanan AS pekan ini menunjukkan tiga dari lima tahanan berasal dari Yaman, satu dari Somalia, dan lainnya dari Kenya.
Dewan Peninjau Berkala Pentagon menemukan bahwa kelima pria itu tidak menghadirkan, atau tidak lagi menghadirkan, ancaman bagi AS.
Mereka adalah Guleed Hassan Ahmed (juga disebut Guled Hassan Duran) dari Somalia; Mohammed Abdul Malik Bajabu dari Kenya; dan Omar Muhammad Ali al-Rammah, Moath Hamza al-Alwi, dan Suhayl al-Sharabi dari Yaman.
Hassan Duran, menurut pengacaranya, akan menjadi tahanan pertama yang dibawa ke Guantanamo dari situs hitam CIA, yang direkomendasikan untuk dibebaskan, New York Times melaporkan pada Selasa waktu setempat.
Sementara ketiga warga Yaman itu telah ditahan di Guantanamo sejak awal 2000-an. Al-Rammah telah ditahan di Guantanamo sejak Mei 2003 dan dituduh "menjadi fasilitator bagi kelompok-kelompok ekstremis yang berafiliasi dengan al-Qa'ida pada akhir 1990-an," menurut dokumen Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sedangkan Al Sharabi dan al-Alwi telah berada di Guantanamo sejak 2002.
Dari 39 tahanan yang saat ini ditahan di fasilitas AS di Kuba, 18 telah disetujui untuk dibebaskan, setelah peninjauan kasus pada November dan Desember. Ke-18 pria ini belum didakwa melakukan kejahatan.
Tetapi seperti orang lain yang disetujui untuk dibebaskan, mereka tidak dapat segera meninggalkan penjara Guantanamo. Sebab, Washington mencari pengaturan dengan negara asal para tahanan, atau negara lain, untuk menerima mereka. Saat ini, Amerika Serikat tidak akan memulangkan warga Yaman karena perang saudara di negara itu, atau warga Somalia, yang tanah airnya juga terperosok oleh konflik.
Baca juga: Penjara Guantanamo yang Penuh Kontroversi
SUMBER : CNN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.