TEMPO.CO, Jakarta - Warga Korea Utara kini kesulitan membeli minyak goreng sejak dilanda kekurangan pangan dan melonjaknya harga. Penyebabnya adalah ditutupnya perdagangan lintas batas dengan China akibat pandemi virus Corona.
Dilansir dari Radio Free Asia, warga Korea Utara sekarang mengalami kesulitan untuk membeli minyak goreng yang merupakan komoditas penting. Sebelumnya harga minyak goreng kurang dari 10.000 won Korea Utara per kilogram. Namun kini harganya melonjak hingga empat kali lipat lebih.
“Sekarang, harganya sekitar 45.000 won Korea Utara (setara Rp 717 ribu)," ujar seorang penduduk daerah Puryong di provinsi Hamgyong Utara kepada RFA.
Selain harga mahal, pasokan di pasar juga sedikit sehingga banyak yang kehabisan. "Jika Anda tidak memiliki gula atau bumbu, Anda bisa tidak memakannya. Namun minyak sangat penting untuk diet kita," kata sumber tersebut. “Sudah lama warga tidak memasak dengan minyak goreng.”
Sumber itu mengatakan bahwa dia baru saja membeli sebotol kecil minyak goreng untuk merayakan Tahun Baru. Saat itu dia bertemu dengan sekelompok wanita lain dari desanya dalam perjalanan pulang.
“Saya tercengang mendengar mereka mengatakan bahwa mereka sudah lama tidak memiliki minyak goreng dan bahkan tidak ingat kapan mereka memilikinya,” katanya. “Seorang wanita yang tinggal di sebelah saya mengatakan tidak bisa menggunakan minyak goreng sama sekali sejak musim gugur tahun lalu. Dia iri dengan minyak yang saya miliki.”
Seorang penduduk kota Manpo di provinsi Chagang juga mengatakan kepada RFA, bahwa minyak goreng sekarang biasa dijual dalam botol kecil atau kantong plastik 50 atau 100 gram. “Jika seseorang terlihat membawa minyak goreng yang dikemas dalam kaleng 2 kilogram, semua orang memandang orang itu dengan iri,” kata sumber tersebut. “Saya membeli setengah botol, sekitar 500 gram, minyak beberapa bulan yang lalu, dan saya menggunakannya sedikit demi sedikit. Ketika Anda melihat keluarga lain, Anda hampir tidak dapat menemukan lauk pauk yang dimasak dengan minyak."
Dia melanjutkan, pemerintah Korea Utara berjanji akan menanam bunga matahari atau biji jarak sebagai sumber minyak goreng. "Pada kenyataannya kami tidak melihat ada peternakan yang menanam tanaman minyak. Total produksi nasional mungkin bisa diabaikan,” katanya.
Selain minyak goreng, bubur kacang merah yang disebut patjuk juga sulit didapat. Ini adalah makanan musim dingin tradisional yang populer di Korea Utara yang diyakini dapat menangkal nasib buruk di tahun baru. "Sekarang sebagian besar di luar jangkauan penduduk karena kenaikan harga," kata seorang sumber.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO, Korea Utara membutuhkan bantuan pangan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dasar. Lembaga pangan di bawah PBB ini mengatakan Korea Utara mengadopsi 1,06 juta ton biji-bijian antara November 2020 dan November 2021 untuk menutupi antara penawaran dan permintaan. Namun sejak Januari 2020 perdagangan dengan China terhenti karena pandemi virus corona .
Baca: Nama Alias Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Saat Sekolah: Choi Pak dan Pak Un
RADIO FREE ASIA