TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan polisi Hong Kong menggerebek kantor media pro-demokrasi Stand News dan menangkap enam orang, termasuk staf senior, dengan tuduhan melakukan pelanggaran "publikasi hasutan", Rabu, 29 Desember 2021.
Stand News, didirikan pada 2014 sebagai nirlaba, adalah publikasi pro-demokrasi paling menonjol yang tersisa di Hong Kong setelah penyelidikan keamanan nasional awal tahun ini menyebabkan penutupan tabloid ikonik Apple Daily milik taipan Jimmy Lai yang dipenjara.
Serangan itu semakin meningkatkan kekhawatiran tentang kebebasan media di bekas jajahan Inggris itu, yang kembali ke pemerintahan Cina pada 1997 dengan janji akan melindungi berbagai hak individu.
Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya memiliki surat perintah "untuk mencari dan menyita materi jurnalistik yang relevan".
"Lebih dari 200 petugas polisi berseragam dan berpakaian preman telah dikerahkan," kata pernyataan itu.
Secara terpisah, polisi mengatakan mereka telah menangkap tiga pria dan tiga wanita, berusia 34 hingga 73 tahun, tanpa menyebut nama mereka, karena "berkonspirasi untuk menerbitkan publikasi hasutan".
Ronson Chan, wakil editor Stand News dan kepala Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA), tidak termasuk di antara mereka yang ditangkap, tetapi mengatakan polisi menyita komputer, iPhone, iPad, kartu pers, dan catatan perbankannya dalam penggeledahan di rumahnya.
“Stand News selalu memberitakan secara profesional,” katanya. Staf senior lainnya tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Kantor Stand News di sebuah bangunan industri di distrik kelas pekerja Kwun Tong ditutup sebagian, dengan sejumlah polisi berkeliaran di lobi dan empat mobil van diparkir di jalan.
Petugas terlihat memuat sekitar tiga lusin kotak dokumen dan bahan lain yang disita sebagai barang bukti ke sebuah truk.
Selanjutnya: Serangan terbuka pada kebebasan pers