TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan di China menunjukkan bahwa suntikan penguat atau booster vaksin Covid-19 priduksi Sinopharm, kurang efektif melawan varian Omicron. Namun tak dijelaskan tingkat kemanjuran vaksin Sinopharm melawan Omicron.
Studi dilakukan oleh para peneliti dari Shanghai Jiao Tong University dan laboratorium yang berbasis di Shanghai. Penelitian khusus dilakukan terhadap penyakit menular pernapasan. Studi membandingkan aktivitas vaksin penguat Sinopharm terhadap jenis virus corona yang lebih tua dari Wuhan.
Aktivitas antibodi penetral dari booster Sinopharm BBIBP-CorV terhadap Omicron menurun hingga 20,1 kali lipat, dibandingkan strain Wuhan. Pengujian terhadap strain Wuhan sebelumnya menunjukkan bahwa suntikan booster efektif melawan virus ini.
Sinopharm tak segera mengomentari hasil penelitian tersebut.
Vaksin BBIBP-CorV Sinopharm dan CoronaVac Sinovac Biotech (SVA.O) adalah dua vaksin yang paling banyak digunakan di China. Kedua vaksin ini diekspor oleh China ke berbagai negara termasuk Indonesia. Sinopharm juga memiliki vaksin kedua yang digunakan di China.
Kesimpulan ihwal booster Sinopharm didapat dari hasil analisa sampel 292 petugas kesehatan yang menerima dosis ketiga, atau suntikan booster. Suntikan booster diberikan sekitar 8-9 bulan setelah dosis kedua.
Setelah empat minggu berikutnya, sampel serum dari 78,1 persen peserta mempertahankan aktivitas netralisasi terhadap Omicron, menurut para peneliti. Makalah itu belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Baca: Warga Asing Penerima Sinopharm Wuhan Tak Bisa ke Australia, Indonesia Pakai Apa?
REUTERS