TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara Islam berusaha menjawab permohonan Taliban yang menyebut krisis ekonomi dan kemanusiaan di Afghanistan memburuk. Pakistan pada Minggu, 19 Desember 2021, menggelar rapat luar biasa dengan negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Kondisi darurat di
Afghanistan, di mana jutaan orang terancam kelaparan selama musim dingin ini, telah menimbulkan waswas. Namun koordinasi pengiriman bantuan masih terseok-seok mengingat negara-negara Barat ragu mengulurkan tangan ke Pemerintahan Taliban di Afghanistan, yang merebut kekuasaan pada Agustus 2021 lalu.
Anak-anak menyantap makanan di panti asuhan sebelum berangkat sekolah di Kabul, Afghanistan, 12 Oktober 2021. Pihak panti asuhan mengaku telah mengurangi jumlah buah-buahan dan daging untuk anak-anak karena mengalami kesulitan keuangan sejak Taliban berkuasa. REUTERS/Jorge Silva
Menteri Luar Negeri Pakistan Mahmood Qureshi mengatakan para menteri luar negeri dan delegasi OKI berniat menggalang dukungan bagi Afghanistan dan apapun yang bisa dilakukan hingga situasi di Afghanistan membaik.
"Kemanusiaan dan perekonomian Afghanistan yang runtuh akan berdampak pada wilayah-wilayah perbatasan, eksodus pengungsi besar-besaran, ketidak-stabilan dan kekerasan," kata Qureshi.
Dalam rapat selama dua hari dengan negara anggota OKI, Pemerintah Pakistan juga merangkul delegasi dari PBB dan institusi keuangan serta negara-negara kekuatan dunia seperti Amerika Serikat, Uni Erooa dan Jepang. Menteri Luar Negeri Afghanistan dari Pemerintahan Taliban, Amir Khan Muttaqi, juga ikut hadir dalam rapat luar biasa OKI tersebut meski belum ada satu pun negara di dunia yang mau mengakui Pemerintahan Taliban.
Sebelumnya
Taliban meminta dunia untuk ikut membangun perekonomian Afghanistan dan memberi makan lebih dari 20 juta orang di Afghanistan yang terancam kelaparan. Beberapa negara dan organisasi nirlaba ada yang mulai mengirimkan bala bantuan, namun perbankan Afghanistan yang hampir lumpuh telah membuat distribusi bantuan menjadi lebih rumit.