TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan masyarakat Indonesia tampaknya harus lebih hati-hati terkait virus varian Omicron, yang berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan risiko terinfeksi ulang lima kali lebih tinggi dari Delta.
Penelitian yang dilakukan Imperial College London berdasarkan data Badan Keamanan Kesehatan Inggris itu, juga menunjukkan bahwa gejala yang ditimbulkan Omicron tidak lebih ringan daripada Delta.
Hasil penelitian Layanan Kesehatan Nasional dilakukan pada warga yang dites positif Covid-19 dalam tes PCR di Inggris antara 29 November hingga 11 Desember 2021.
"Kami tidak menemukan bukti (untuk risiko rawat inap dan status gejala) Omicron memiliki tingkat keparahan yang berbeda dari Delta," kata studi tersebut, meskipun dijelaskan bahwa data rawat inap masih sangat terbatas.
“Mengontrol status vaksin, usia, jenis kelamin, etnis, status tanpa gejala, wilayah dan tanggal spesimen, Omicron dikaitkan dengan risiko infeksi ulang 5,4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Delta,” demikian studi tersebut, yang bertanggal 16 Desember 2021.
Perlindungan yang diberikan oleh infeksi masa lalu terhadap infeksi ulang dengan Omicron mungkin hanya 19%, Imperial College (ICL) mengatakan dalam sebuah pernyataan, namun disebutkan juga bahwa penelitian tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat.
"Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang sejauh mana Omicron dapat menghindari kekebalan sebelumnya yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi," kata pemimpin studi Profesor Neil Ferguson dalam pernyataan ICL.
"Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti bahwa Omicron menimbulkan ancaman besar dan segera bagi kesehatan masyarakat."
Berikutnya: Jangan Cepat Menyimpulkan