Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

89 Orang Tewas Akibat Penyakit Misterius di Sudan Selatan, WHO Turun Tangan

Reporter

image-gnews
Sejumlah murid yang hadir untuk mengikuti sekolah berjalan dekat kandang ternak di Mingkaman, Sudan Selatan, 4 Maret 2018. Selain bertemu langsung dengan guru, para murid juga belajar dengan cara mendengarkan lewat radio.Thomson Reuters Foundation/Stefanie Glinski
Sejumlah murid yang hadir untuk mengikuti sekolah berjalan dekat kandang ternak di Mingkaman, Sudan Selatan, 4 Maret 2018. Selain bertemu langsung dengan guru, para murid juga belajar dengan cara mendengarkan lewat radio.Thomson Reuters Foundation/Stefanie Glinski
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit misterius menyerang Sudan Selatan. Sebanyak 89 orang tewas akibat penyakit yang belum diketahui ini.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengerahkan satuan tugas respons cepat ke Sudan Selatan untuk menyelidiki penyakit misterius itu. Kementerian kesehatan Sudan telah melaporkan penyakit yang menyebar cepat di kota utara Fangak, di negara bagian Jonglei. Penyakit itu belum berhasi diidentifikasi oleh ilmuwan setempat.

Wilayah Jonglei baru-baru ini dilanda banjir parah. Pejabat kesehatan ditugaskan mengumpulkan sampel untuk membantu mengidentifikasi penyakit mematikan itu. Menurut pejabat setempat di Fangak berdasarkan sampel awal dari pasien, hasilnya negatif untuk kolera.

Sheila Baya, juru bicara WHO mengatakan kepada BBC seperti dikutip dari The Sun, tim ilmuwan harus mencapai Fangak melalui helikopter karena banjir.
Rombongan sedang menunggu transportasi untuk memulangkan mereka ke ibu kota, Juba, pada Rabu. “Kami memutuskan untuk mengirim tim respons cepat dan melakukan penilaian serta investigasi risiko," ujarnya.

Menteri Pertanahan, Lam Tungwar Kueigwong, mengatakan banjir parah telah meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria. Banjir menyebabkan pula anak-anak kekurangan gizi dan langkanya makanan di seluruh negara bagian utara.

Minyak di wilayah itu telah mencemari air sehingga menyebabkan hewan peliharaan mati. Badan amal internasional Médecins Sans Frontires atau Dokter Lintas Batas yang beroperasi di daerah itu, mengatakan penderitaan akibat banjir, termasuk kekurangan makanan dan penyakit, memberi tekanan pada fasilitas kesehatan. “Kami sangat prihatin dengan kekurangan gizi akut yang parah hingga dua kali lipat dari ambang batas WHO. Jumlah anak-anak yang dirawat di rumah sakit akibat gizi buruk meningkat dua kali lipat sejak awal banjir," kata persatuan dokter.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sudan Selatan menghadapi krisis kemanusiaan ketika banjir ekstrem melanda negara itu selama tiga tahun berturut-turut. Badan-badan kemanusiaan memperingatkan bahwa banjir akan menyebabkan wabah penyakit yang dibawa melalui air dan malaria, menyebabkan kerawanan pangan dan kekurangan gizi.

Banjir telah memutus akses masyarakat terhadap pasokan makanan dan komoditas lainnya. Lebih dari 700.000 orang telah terkena dampak banjir terburuk selama hampir 60 tahun.

Baca: Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Sudan Selatan Dipecat

NY POST | EXPRESS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

5 hari lalu

Warga Afghanistan berkumpul untuk naik bus saat mereka bersiap untuk kembali ke rumah, setelah Pakistan memberikan peringatan terakhir kepada migran tidak berdokumen untuk pergi, di halte bus di Karachi, Pakistan 29 Oktober 2023. REUTERS/Akhtar Soomro
10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?


800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

8 hari lalu

Seorang wanita dan bayi di kamp pengungsi Zamzam, dekat El Fasher di Darfur Utara, Sudan. MSF/Mohamed Zakaria/Handout melalui REUTERS
800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

16 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

20 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

21 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

22 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

24 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan Rp 30 Miliar ke Palestina dan Sudan

25 hari lalu

Presiden Jokowi melepas bantuan kemanusiaan pemerintah untuk Palestina dan Sudan di Pangkalan TNI AU Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 3 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan Rp 30 Miliar ke Palestina dan Sudan

Presiden Jokowi melepas bantuan kemanusiaan pemerintah untuk Palestina dan Sudan.


Hampir 5 Juta Warga Sudan Kelaparan

29 hari lalu

Anak-anak bermain dengan senjata anti-serangan pesawat udara  di Leer town, Sudan Selatan (8/5). Pemandangan memilukan seperti mayat-mayat di sumur, rumah-rumah dibakar, dan balita yang kelaparan terlihat di kawasan Leer ini.   (AP Photo/Josphat Kasire)
Hampir 5 Juta Warga Sudan Kelaparan

IPC menemukan hampir lima juta warga Sudan mengalami kelaparan karena dampak perang dan anjloknya produksi sereal