Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil Tak Selesaikan Masalah

Reporter

image-gnews
Pengungsi Rohingya menaiki kapal saat akan dipindahkan ke Pulau Bhasan Char di Chattogram, Bangladesh, 4 Desember 2020. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Pengungsi Rohingya menaiki kapal saat akan dipindahkan ke Pulau Bhasan Char di Chattogram, Bangladesh, 4 Desember 2020. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Alexander Matheou, Direktur Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk wilayah Asia-Pasifik memperingatkan pengiriman pengungsi Rohingya ke Bhasan Char bukan berarti masalah selesai. Masalah serius akan tetap ada di Bhasan Char, yang merupakan pulau terpencil di selatan Bangladesh dan sekarang berubah fungsi sebagai tempat menampung pengungsi Rohingya. 

Peringatan itu disampaikan Matheou ketika para pejabat di Bangladesh bersiap kembali mengirimkan ribuan pengungsi etnis minoritas Rohingya ke wilayah itu pada minggu ini.

Sejak Desember lalu, Bangladesh telah memindahkan sekitar 19 ribu pengungsi Rohingya ke Bhasan Char. Rohingya adalah etnis minoritas, yang sebagian besar beragama Islam dari Myanmar. 

Mereka mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh lewat darat untuk menghindari penganiayaan. Kelompok HAM menyamakan Bhasan Char di selatan Bangladesh dengan pulau penjara. 

Pengungsi etnis Rohingya yang terdampar di pesisir pantai Kuala Simpang Ulim berada dalam tenda sementara di pulau Idaman, Aceh Timur, Aceh, Ahad, 6 Juni 2021. Lembaga kemanusiaan yang menangani pengungsi United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) masih melakukan negosiasi dengan Pemerintah setempat untuk penanganan lanjutan terhadap penempatan 81 pengungsi etnis Rohingya. ANTARA/Irwansyah Putra

Matheou mengatakan adanya aturan yang membatasi ruang gerak para etnis Rohingya, kurangnya kesempatan kerja dan perawatan kesehatan akan menghalangi orang-orang dalam jumlah besar untuk memilih berlindung ke pulau Bhasan Char.

Matheou, yang berkunjung ke Bhasan Char pada Selasa, 23 November 2021, mengatakan bahwa tempat itu dirancang dengan baik dan terorganisir dalam hal perumahan. Ada pula akses air bersih di sana, tetapi layanan kesehatan terlalu minim untuk melayani pengungsi yang banyak. Di sana, juga tidak ada sistem rujukan yang bagus agar para pengungsi bisa aman saat mau ke daratan.

Hasil dialog dengan para pengungsi Rohingya, Matheou menemukan masalah utamanya adalah para pengungsi itu tidak bisa bolak-balik ke daratan dengan leluasa untuk menengok keluarga mereka.

“Ini hal yang sulit dan benar-benar membuat orang kesal. Jadi, masalah itu bisa menjadi penghalang bagi para pengungsi Rohingya untuk tinggal di sini (Bhasan Char) secara sukarela. Saya pikir itu akan merusak keberhasilan proyek jika tidak ditangani,” katanya. 

Dia mengatakan pihak berwenang, yang berencana untuk memindahkan 81 ribu pengungsi lainnya ke pulau itu, sedang menjajaki untuk mengizinkan para pengungsi Rohingya melakukan perjalanan ke daratan untuk durasi perjalanan yang ditentukan.

Otoritas Bangladesh tidak memberikan komentar perihal ini.

Pengungsi Rohingya menyebut Pulau Bhasan Char dan area lain tempat mereka mengungsi, rawan banjir. Mereka pun menginginkan adanya kebebasan bergerak. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kondisi pengungsian yang buruk, telah membuat puluhan pengungsi Rohingya tewas dalam beberapa bulan terakhir saat mencoba melarikan diri dengan perahu reyot.

Sebuah dokumen yang bocor menyebut PBB pada Oktober lalu sudah setuju untuk mulai misi di pulau itu dalam sebuah perjanjian yang tidak menjamin adanya pergerakan bebas.

Seorang pejabat di Bhasan Char, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa otoritas sedang bersiap untuk mengirim sekitar 1.500 hingga 2 ribu pengungsi Rohingya pada Kamis, 25 November 2021.

Mohammed Arman, seorang pengungsi yang tinggal di pulau itu, mengatakan para pengungsi Rohingya tidak mau datang ke sana karena adanya pembatasan pergerakan.

Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 23 November 2021, bahwa otoritas di kamp pengungsian dan badan keamanan pemerintah memaksa pengungsi untuk pindah, termasuk dengan menyita dokumen identitas mereka.

Ada lebih dari satu juta pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh setelah melarikan diri dari Myanmar, sebagian besar pindah ke sama pada 2017 setelah tindakan keras militer. Diantara intimidasi yang mereka alami adalah pembunuhan massal dan pemerkosaan berantai.  

Myanmar membantah telah terjadi genosida pada etnis Rohingya. Myanmar mengatakan melakukan kampanye yang sah terhadap gerilyawan yang menyerang pos polisi.

Afifa Rizkia Amani | Reuters

Baca juga: Uni Emirat Arab dan Israel Kerja Sama Bangun Kapal Nirawak Anti-kapal Selam

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.   

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

7 jam lalu

Penulis Palestina Basim Khandaqji. Foto : X
Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad


Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

13 jam lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.


Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

1 hari lalu

Dua anak perempuan menangis setelah serangan udara Israel terhadap rumah-rumah di Rafah di selatan Jalur Gaza 12 Desember 2023. Setidaknya dua ibu terbunuh setiap 60 menit, sementara tujuh perempuan terbunuh setiap dua jam di daerah kantong yang terkepung tersebut, kata para dokter di wilayah tersebut kepada organisasi tersebut. REUTERS/Fadi Shana
Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

Naim berasal dari keluarga dokter dan dokter gigi. Dia hidup gelimang kebahagiaan, namun penjajahan Israel telah membuat hidupnya hampa.


Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

3 hari lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

Penemuan kuburan massal di dua rumah sakit di Gaza telah memicu seruan kepala HAM PBB dan pihak lainnya untuk penyelidikan internasional.


Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

3 hari lalu

Koalisi mahasiswa Universitas Michigan berkumpul di sebuah perkemahan di Diag untuk menekan universitas tersebut agar melepaskan dana abadinya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel atau dapat mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kampus perguruan tinggi Universitas Michigan  di Ann Arbor, Michigan, AS, 22 April 2024. REUTERS/Rebecca Cook
Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.


Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

4 hari lalu

Kantor pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat. (theverge.com)
Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

Google menjalin kerja sama dengan Israel lewat kontrak Project Nimbus untuk layanan komputasi awan atau cloud senilai hampir Rp 20 triliun.


Kepala Negara yang Ditangkap dan Diadili Mahkamah Pidana Internasional atau ICC, Berikutnya Netanyahu?

6 hari lalu

Slobodan Milosevic [Strategic Culture Foundation]
Kepala Negara yang Ditangkap dan Diadili Mahkamah Pidana Internasional atau ICC, Berikutnya Netanyahu?

PM Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan beberapa negara ke ICC atas genosida Gaza, Palestina. Berikut pemimpin dunia pernah diadili ICC?


Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Pengungsi Rohingya menempati penampungan sementara di llanta pasar gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Senin, 18 Desember 2023. Polresta Banda Aceh menetapkan salah seorang imigran Rohingya Muhammad Amin (35) sebagai tersangka yang menyeludupkan 136 orang pengungsi Rohingya penghuni kamp penampungan Coxs Bazar Bangladesh ke Desa Lamreh, Kabupaten Aceh Besar yang saat ini menempati lantai dasar gedung BMA. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

12 hari lalu

Para karyawan melakukan aksi duduk di kantor Google di New York untuk memprotes kerja sama raksasa teknologi tersebut dengan Israel. latimes.com
Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

Para pengunjuk rasa menekan Google untuk mengakhiri kontraknya dengan Amazon untuk proyek cloud dan pembelajaran mesin Israel.