TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah orang yang terlantar di kamp-kamp di Provinsi Marib, Yaman, meningkat sampai hampir 10 kali lipat pada September 2021. IOM pada Rabu, 23 November 2021, mengatakan lebih dari 45 ribu orang melarikan diri dari rumah mereka menyusul tekanan dari kelompok radikal Houthi.
IOM pun mengungkap kondisi dari 137 kamp – kamp tersebut sangat buruk. Maka IOM menyerukan agar dikucurkan lebih banyak dana bantuan dan memperingatkan eksodus yang lebih besar mungkin bisa terjadi jika pertempuran sampai ke Kota Marib.
“Kami tidak menyaksikan keputusasaan sebesar ini di Marib dalam dua tahun terakhir seperti yang telah kami saksikan dalam dua bulan ini. Masyarakat berulang kali mengungsi dan saat tiba di tempat-tempat kami mereka dalam kondisi yang amat membutuhkan,” kata Kepala perwakilan IOM wilayah Yaman Christa Rottensteiner.
Seorang anak laki-laki Yaman memanggul jeriken air plastik di dekat keran air hasil sumbangan di Sanaa, Yaman, 28 Oktober 2021. Selain mengalami krisis kelaparan, 15 juta warga di negara yang hancur akibat perang itu juga tidak memiliki akses air minum bersih. Xinhua/Mohammed Mohammed
Rottensteiner menceritakan dalam satu tenda yang kecil, kadang terisi sampai 40 orang. Kelompok radikal Houthi di Yaman telah merangsek ke sebagian besar distrik di Marib. Wilayah Marib dikenal kaya akan sumber energi, yang secara internasional diakui sebagai pertahanan terakhir Pemerintah Yaman di wilayah utara.
Kota Marib berpopulasi 3 juta orang, di mana hampir 1 juta orang melarikan diri ke wilayah lain di Yaman setelah Houthi menggulingkan Pemerintahan berkuasa di Yaman pada akhir 2014.
“IOM sangat waswas dengan kondisi ratusan ribu orang yang dipaksa untuk pindah lagi jika kekerasan mencapai ke kota lagi (Marib) dan meningkatnya kerugian pada warga sipil serta kehancuran infrastruktur sipil,” kata Rottensteiner.
PBB menggambarkan perang sipil di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk. Sedangkan IOM mengatakan dari anggaran bantuan USD 3,85 miliar (Rp 54 triliun), baru 57 persen yang didanai.
PBB telah mengupayakan agar tercapai kesepakatan gencatan senjata dalam perang sipil Yaman, yang dipandang secara luas sebagai perang proxy antara Arab Saudi dengan Iran. Kelompok Houthi mengatakan mereka sedang memerangi sebuah sistem yang korup dan agresi asing.
Baca juga: Saudi Bantah Tarik Pasukan dari Yaman
Sumber: Reuters
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.