TEMPO.CO, Jakarta - Namanya Ahmad al-Hasan. Usianya baru 19 tahun ketika ia mati muda di perbatasan antara Belarus dan Polandia.
Ia nekat menyeberang ke Eropa, meninggalkan kampung halamnya di Suriah untuk mengejar mimpi: melanjutkan pendidikan di benua biru itu. Namun mimpinya tak akan pernah menjadi kenyataan.
Pada 19 Oktober, tubuhnya mati kaku saat ditemukan di sungai Bug di Polandia timur, dekat perbatasan Belarus. Menurut temannya yang selamat, al-Hasan didorong masuk ke dalam air oleh seorang penjaga Belarusia. Nahas, dia tewas tenggelam karena tidak bisa berenang.
Pada Senin malam, dia dimakamkan di kuburan di pemakaman Muslim di Bohoniki, beberapa kilometer jauhnya dari perbatasan Belarusia. Anggota keluarganya yang berada di Yordania dan Turki menyaksikan pemakaman al-Hasan melalui tautan video,
Lusinan orang mengelilingi makam al-Hasan untuk memberikan penghormatan terakhir. Suara Imam Aleksander Bazarewicz yang sedang membacakan doa bergema jauh ke dalam hutan yang gelap dan suram.
"Ini bukanlah akhir. Kematian bukanlah tragedi, itu hanya berarti Tuhan memiliki tempat yang lebih baik untuknya. Dia meninggal dengan kematian yang tragis, dia tenggelam dan dia mati syahid,” ujar Imam Bazarewicz.
Ahmad al-Hasan adalah salah satu dari ribuan pengungsi yang datang ke Eropa melalui Polandia. Dia berusaha mencari kehidupan yang lebih baik.
Kasim Shady, seorang dokter dari Suriah yang pindah ke Polandia, menyiarkan upacara pemakaman al-Hasan kepada kerabatnya.
“Saya juga seorang pengungsi dan saya berhasil membangun hidup saya di sini. Saya seorang dokter. Tetapi banyak orang tidak berhasil melarikan diri," ujar Shady.
Dalam beberapa pekan terakhir, 11 orang dilaporkan tewas di perbatasan Polandia-Belarus. Krisis dimulai sejak Agustus ketika ribuan pengungsi mencoba memasuki Polandia, perbatasan timur Uni Eropa.
Mereka yang berhasil menembus perbatasan menghabiskan waktu berminggu-minggu di hutan. Para pengungsi itu menghindari serangan balik ke pihak Belarusia oleh penjaga Polandia.
Komunitas internasional menganggap Belarus bertanggung jawab atas situasi yang memburuk. Minsk dinilai sedang mencoba mengacaukan Eropa.
Awal tahun ini, Belarus menghapus visa bagi warga negara dari sejumlah negara Timur Tengah dan Afrika. Belarus juga membuka banyak agen wisata yang menawarkan cara mudah dan murah untuk bermigrasi ke Eropa. Pengungsi rela membayar ribuan dolar untuk bisa pindah ke Eropa.
Akibatnya gelombang pengungsi berusaha menembus Eropa melalui perbatasan Belarus-Polandia. Pada Selasa, bentrokan pecah di perbatasan antara penjaga Polandia dan pengungsi.
Pihak berwenang Polandia telah menggambarkan zona darurat di perbatasan dengan Belarus. Daerah ini tak boleh dimasuki oleh siapaun termasuk jurnalis dan LSM.
Ratusan pengungsi yang berhasil menyeberang pun ke Polandia terdampar di hutan. Mereka tak punya akses bantuan kemanusiaan, makanan, dan air.
Baca: Nasib Pengungsi Timur Tengah, Habis Ribuan Dolar tapi Gagal ke Tanah Harapan
AL JAZEERA