TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari pertemuan virtual antara Joe Biden dan Xi Jinping. Sejumlah poin dibahas antara kedua pemimpin negara mulai dari pandemi Covid-19 hingga persenjataan nuklir.
Berita top 3 dunia kedua adalah Israel mendengar setiap percakapan telepon orang Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Israel telah menanam bug pada perangkat telepon. Berita terakhir adalah anak eks pemimpin Libya, Muammar Gaddafi maju sebagai calon presiden. Berikut berita selengkapnya:
1. Pertemuan Virtual Biden-Xi Senin, Ini Poin yang Dibahas
Presiden AS Joe Biden dan pemimpin Cina Xi Jinping akan mengadakan pertemuan virtual hari ini, Senin, 15 November 2021.
Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat mengharapkan pembicaraan akan menciptakan stabilitas di tengah meningkatnya ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Ini diharapkan menjadi pertemuan paling ekstensif setelah panggilan telepon antara keduanya pada 9 September lalu.
Washington dan Beijing berbeda pandangan tentang banyak masalah mulai dari asal mula pandemi Covid-19 hingga perluasan persenjataan nuklir Cina. Para pejabat AS percaya pembicaraan langsung dengan Xi adalah cara terbaik untuk mencegah hubungan yang meningkat ke arah konflik.
"Presiden Biden akan memperjelas niat dan prioritas AS dan menjadi jelas dan jujur tentang keprihatinan kami."
Beijing juga ingin menghindari konfrontasi karena Xi menghadapi tahun yang penting dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022 dan Kongres Partai Komunis di mana ia berupaya mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kementerian luar negeri Cina mengatakan pada hari Sabtu para pemimpin akan bertukar pandangan tentang hubungan bilateral dan isu-isu kepentingan bersama dalam KTT, yang akan berlangsung pada Selasa pagi waktu Asia.
Selengkapnya baca di sini.
2. Israel Dengar Setiap Percakapan Telepon Orang Palestina di Gaza dan Tepi Barat
Israel bisa mendengarkan setiap percakapan telepon orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza dengan menanam bug pada perangkat telepon, kata mantan anggota unit intelijen sinyal elit 8200 Angkatan Darat Israel kepada Middle East Eye.
Setiap ponsel atau telepon yang diimpor ke Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom ditanam dengan bug Israel, dan siapa pun yang menggunakan hanya dua jaringan seluler yang melayani wilayah pendudukan, Jawwal dan Wataniya, sedang dipantau juga, kata mantan anggota intelijen sinyal Israel.
Pada waktu tertentu, ratusan tentara mendengarkan percakapan yang sedang dilakukan. Pemantauan audio dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah warga Palestina yang aktif secara politik atau yang mewakili ancaman keamanan dalam pandangan Israel. Pemantauan tingkat kedua digunakan oleh Shin Bet, dinas keamanan domestik untuk menemukan "titik tekanan" dalam masyarakat Palestina.
"Mungkin menemukan gay yang bisa ditekan untuk melaporkan kerabat mereka, atau menemukan pria yang selingkuh dengan istrinya. Menemukan seseorang yang berutang kepada seseorang, katakanlah, berarti dia dapat dihubungi dan ditawari uang untuk membayar hutangnya sebagai imbalan atas kerjasamanya," kata veteran tentara itu, dikutip dari Middle East Eye, 15 November 2021.
Pengungkapan itu datang setelah laporan tentang ponsel milik enam aktivis HAM Palestina diretas menggunakan perangkat lunak Pegasus milik perusahaan pengawas siber Israel NSO Group, menurut investigasi independen yang diterbitkan Senin oleh University of Toronto dan Amnesty International.
Kemudian laporan surat kabar Washington Post mengungkap Blue Wolf, teknologi pengenalan wajah yang digunakan Israel untuk memperingatkan tentara di pos pemeriksaan untuk menahan tersangka.
Pekerjaan dari sistem pengawasan massal ini dilakukan oleh tentara Yahudi Israel yang belajar bahasa Arab sebagai bagian dari dinas militer mereka. Mereka diawasi oleh tentara Druze atau tentara Yahudi keturunan Suriah yang bahasa ibu mereka adalah bahasa Arab. Mereka menyalin percakapan, yang teksnya diterjemahkan dan dikirim ke unit intelijen tentara dan diteruskan ke Shin Bet.
Baca di sini untuk berita selengkapnya.
3. Jadi Capres Libya, Putra Muammaf Gaddafi Adalah Terpidana Mati
Saif al-Islam Gaddafi, putra Muammar Gaddafi, mendaftar sebagai calon presiden di Libya dalam pemilihan yang digelar pada Desember. “Saif al-Islam al-Gaddafi mengajukan pencalonannya untuk pemilihan ke kantor Komisi Pemilihan Nasional Tinggi di kota Sebha,” menurut pernyataan komisi pemilihan pada Minggu.
Ia adalah anak kedua eks pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. Dididik di London School of Economics dan fasih berbahasa Inggris, Saif al-Islam Gaddafi pernah dilihat oleh pemerintah sebagai wajah Libya yang dapat diterima di Barat.
Namun ketika pemberontakan pecah pada 2011 melawan pemerintahan Muammar Gaddafi, Saif al-Islam memilih tetap setia kepada keluarganya dan klan dibandingkan persahabatannya dengan negara-negara Barat. “Kami berjuang di sini di Libya; mati di sini di Libya,” ujarnya kepada Reuters saat itu.
Sebelum mencalonkan diri sebagai presiden, Saif al-Islam Gaddafi menghilang selama satu dekade. Pada 2015 ia diadili secara in absentia oleh pengadilan Tripoli. Ia muncul melalui tautan video dari Zintan.
Menurut Ibrahim Fraihat, seorang profesor resolusi konflik di Doha Institute meski lama menghilang, ia tetap memiliki massa yang loyal. Dukungan itu di antaranya berasal dari mantan loyalis rezim dan juga dalam kekuatan suku tertentu.”
Namun lama menghilang, Fraihat mengatakan sulit bagi Gaddafi untuk menang di pemilihan. “Saya tidak berpikir dia memiliki peluang untuk memenangkan pemilihan ini,” ujar Fraihat.
“Bagi dia, ini adalah pesan politik yang coba disampaikan bahwa dia kembali ke panggung politik. Ini adalah bagian dari permainan bahwa dia dapat mencalonkan diri dalam pemilihan dan mengabaikan permintaan pengadilan kriminal internasional," katanya.
Selain Saif al-Islam Gaddafi, calon presiden lainnya adalah komandan pemberontak dari timur Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah dan Ketua parlemen Aguila Saleh.
Foto-foto di media sosial menunjukkan putra Mummar Gaddafi itu muncul dengan janggut abu-abu, mengenakan kacamata dan jubah cokelat tradisional serta sorban. Ia sedang menandatangani dokumen di pusat pendaftaran di kota Sebha pada hari Minggu.
AL JAZEERA | REUTERS