Kemenangan Ortega dinilai maikn mengkonsolidasikan model politik represif yang telah ia bangun dalam beberapa tahun terakhir bersama istrinya, Wakil Presiden Rosario Murillo.
Mantan pemberontak Marxis yang menggulingkan kediktatoran keluarga sayap kanan Somoza pada akhir 1970-an ini, mengatakan dia membela Nikaragua dari musuh tidak bermoral yang bertekad menggulingkannya dengan bantuan kekuatan asing.
Pemerintahannya telah meloloskan serangkaian undang-undang yang memudahkan mengadili lawan-lawannya dengan tuduhan kejahatan seperti "mengkhianati tanah air."
Hanya lima kandidat kurang dikenal dari partai-partai kecil sekutu Sandinista Ortega yang diizinkan mencalonkan diri melawannya.
"Kebanyakan orang yang saya kenal memutuskan untuk tidak memilih, mereka mengatakan itu gila," kata Naomi, penentang pemerintah dari pelabuhan timur Bluefields, yang menolak memberikan nama belakangnya karena takut akan pembalasan.
"Apa yang mereka lakukan di sini adalah lelucon."
Otoritas pemilihan Nikaragua mengatakan jumlah pemilih sekitar 65 persen.
Pada1979 sampai 1990, Ortega menjadi presiden namun gagal meprtahankannya. Ia kemudian kembali terpilih sebagai presiden pada 2007 dan mempertahankan kekuasaannya sampai sekarang.
Setelah awalnya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang solid dan menarik investasi swasta, pemerintah Ortega mengubah arah sebagai tanggapan atas protes anti-pemerintah tahun 2018. Lebih dari 300 orang tewas selama penumpasan berikutnya.
Puluhan ribu orang Nikaragua meninggalkan negara itu. Banyak dari mereka berkumpul di negara tetangga Kosta Rika pada hari Minggu untuk menunjukkan perlawanan terhadap Ortega.
Ketidakpuasan yang berkepanjangan diperkirakan akan memicu lebih banyak emigrasi ke Kosta Rika dan Amerika Serikat. Sejumlah besar orang Nikaragua ditangkap di perbatasan AS tahun ini.
Aktivis HAM Haydee Castillo, yang ditangkap pada 2018 dan sekarang tinggal di Amerika Serikat, menyebut pemilu itu lelucon. "Dia tidak kebobolan apa pun meskipun ada resolusi dan deklarasi yang dibuat oleh komunitas internasional," kata Castillo.