TEMPO.CO, Jakarta - Media Australia menerbitkan rangkaian pesan antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, saat Canberra berupaya menepis tuduhan telah berbohong kepada Paris soal pembatalan kontrak kapal selam senilai miliaran dolar.
Australia membatalkan kesepakatan dengan perusahaan kontraktor pertahanan Prancis, Naval Group, pada September 2021.
Sebagai gantinya, Australia membangun sedikitnya 12 kapal selam bertenaga nuklir setelah negara itu membuat perjanjian kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Inggris yang disebut AUKUS.
Pembatalan tersebut telah meretakkan hubungan bilateral antara Australia dan Prancis.
Macron pada Minggu, 31 Oktober 2021, mengatakan bahwa Morrison berbohong kepadanya soal niat Australia. Tuduhan itu dibantah oleh Morrison.
Tuduhan itu tidak pernah terjadi sebelumnya di antara negara-negara yang bersekutu.
Menurut seorang sumber yang mengetahui pesan-pesan yang dikirimkan kedua pemimpin negara itu, Morrison berusaha menelepon Macron soal kontrak kapal selam itu pada 14 September, dua hari sebelum kesepakatan dengan AS dan Inggris diumumkan.
Saat itu, kata sumber tersebut, Macron menanggapi dengan mengirimkan pesan berbunyi, "Saya harus berharap ada kabar baik atau kabar buruk tentang ambisi bersama soal kapal selam?"
Tidak ada bocoran pesan seputar tanggapan Morrison soal pertanyaan Macron itu.
Sumber tersebut menolak disebutkan namanya dengan alasan masalah yang ia ungkapkan itu sensitif.
Prancis mengatakan bahwa Australia tidak berusaha memberi tahu pihaknya soal pembatalan itu sampai kemudian Pemerintah Australia mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan AS dan Inggris.
Bulan ini, Uni Eropa untuk kedua kalinya menunda putaran pembicaraan berikutnya soal kemungkinan kesepakatan perdagangan bebas, di tengah kemarahan yang mendidih atas keputusan Canberra membatalkan kontrak dengan Prancis.