TEMPO.CO, Jakarta - Junta Militer Myanmar akhir pekan lalu melancarkan serangan udara setelah bentrok di wilayah Sagaing dengan para gerilyawan penentang junta, menurut laporan media dan seorang anggota milisi.
Junta juga memutus jaringan telepon dan internet di beberapa daerah.
Negara Asean ini jatuh ke jurang krisis sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari 2021. Sejauh ini upaya Asean menyelesaikan konflik tidak membuahkan hasil.
Kudeta yang mengakhiri upaya yang sedang dijalani Myanmar untuk menuju demokrasi, juga memicu kemarahan di dalam dan luar negeri.
Selain itu, kudeta memicu Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) melancarkan aksi penentangan terhadap militer.
Situs berita DVB melaporkan bahwa serangan udara berlangsung ketika militer melancarkan serangan di kawasan Pinlebu di Sagaing, Myanmar barat laut.
Laporan tersebut mengutip keterangan warga yang mendengar suara pesawat dan ledakan pada Sabtu (25/9) malam sebelum saluran telepon dan internet mati.
Seorang anggota PDF di Pinlebu, yang berbicara lewat telepon dari luar kawasan tersebut, membenarkan informasi bahwa serangan udara terjadi.
Namun, ia mengatakan sejauh ini belum ada laporan tentang korban di pihaknya.
"Kami tidak bisa mengontak mereka karena jaringan internet dan telepon mati," kata aktivis tersebut.
Reuters tidak dapat secara independen memastikan kebenaran keterangan-keterangan tersebut. Juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar.
Pemerintah Kesatuan Nasional (NUG) mengatakan berbagai jenis senjata, termasuk sebuah granat berpeluncur roket serta beberapa senjata kecil dan peluru dalam pertempuran tersebut, sudah diamankan.
NUG adalah pemerintah bayangan yang dibentuk oleh para anggota parlemen yang terdepak dan kalangan penentang junta.
Pertumpahan darah meningkat di daerah-daerah seperti Sagaing setelah kelompok gerilyawan NUG pada 7 September menyatakan perlawanan.
Kelompok itu juga meminta PDF agar menetapkan junta beserta aset-aset mereka sebagai target serangan.
Sebelumnya, militer beberapa kali memutus jaringan internet, terutama di kota-kota, dalam upaya untuk mengekang demonstrasi.
Militer sejak Kamis (23/9) telah memutus akses internet di 11 distrik yang dilanda konflik di Negara Bagian Chin dan di wilayah Magway, menurut laporan situs berita Myanmar Now yang mengutip warga dan anggota PDF.
Beberapa kelompok gerilyawan juga menyatakan diri sebagai pelaku peledakan sejumlah menara telekomunikasi Mytel, perusahaan yang sebagian dikendalikan oleh Junta Militer.