TEMPO.CO, Jakarta - Badan Obat Eropa (EMA) pada awal Oktober akan memutuskan apakah akan menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech untuk booster.
Ini akan menjadi keputusan pertama regulator obat Uni Eropa tentang booster, kata sumber itu kepada Reuters, Kamis, 23 September 2021.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada Rabu, 22 September 2021, mengesahkan dosis ketiga Pfizer untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas, semua orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah, dan orang yang terpapar virus.
"Keputusan EMA tentang dosis ketiga Pfizer diharapkan pada awal Oktober," kata sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.
Pfizer menolak berkomentar, sementara BioNTech tidak segera menjawab.
Baca Juga:
Regulator UE mengatakan pada 6 September 2021, bahwa pihaknya telah memulai evaluasi data yang dikirimkan oleh Pfizer dan BioNTech untuk dosis booster yang akan diberikan enam bulan setelah dosis kedua pada orang berusia 16 tahun ke atas.
Moderna juga diharapkan mengirimkan data ke EMA bulan ini tentang dosis boosternya, kata sebuah dokumen UE.
Dalam sebuah pendapat yang dikeluarkan pada awal September dan diterbitkan ulang oleh EMA, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan tidak ada kebutuhan mendesak untuk memberikan dosis booster kepada individu yang divaksinasi penuh dalam populasi umum.
Tetapi juga dicatat bahwa dosis tambahan harus sudah dipertimbangkan untuk orang dengan sistem kekebalan yang sangat lemah sebagai bagian dari vaksinasi utama mereka.
Banyak negara anggota Uni Eropa memutuskan untuk memberikan dosis booster meskipun menghadapi risiko hukum dari EMA.
UE telah menandatangani tiga kesepakatan dengan Pfizer dan BioNTech untuk pengadaan 2,4 miliar dosis.
Kontrak terakhir mencakup pasokan setidaknya 900 juta suntikan, sebagian besar kemungkinan akan dibutuhkan hanya jika booster dianggap perlu, atau jika varian virus baru muncul di mana vaksinasi yang ada tidak efektif.
Lebih dari 70 persen populasi dewasa UE telah divaksinasi penuh.
ECDC mengatakan data penting tentang kebutuhan dan keamanan booster masih belum ada, sebagian karena belum sepenuhnya jelas berapa lama vaksin melindungi terhadap virus corona.