TEMPO.CO, Jakarta - Rifaat al-Assad, paman Presiden Suriah Bashar al-Assad divonis bersalah oleh pengadilan Prancis atas tuduhan penyalahgunaan dana publik di Suriah. Lelaki berusia 84 tahun ini juga disebut telah mengambil barang rampasan dan membangun portofolio properti yang luas di Prancis dari uang haram.
Pengadilan banding Paris menjatuhkan hukuman empat tahun penjara untuk Rifaat al-Assad, meskipun mantan komandan militer itu tidak mungkin menjalani hukuman karena usianya yang sudah tua.
Prancis menggelar penyelidikan terhadap Rifaat al-Assad sejak sejak 2014. Ia adalah adik laki-laki dari mendiang Presiden Suriah Hafez al-Assad, ayah dari presiden yang kini berkuasa. Ia diadili atas kejahatan yang diduga dilakukan antara tahun 1984 dan 2016, termasuk penggelapan pajak dan penyelewengan dana Suriah.
Pengadilan Paris Juni lalu menolak tuduhan terhadap Rifaat al-Assad untuk periode 1984 hingga 1996. Namun dia diputuskan bersalah atas pencucian dana terorganisir yang digelapkan dari dompet publik Suriah antara 1996 dan 2016. Ia juga dihukum karena penipuan pajak.
Rifaat al-Assad yang pernah menjabat sebagai wakil presiden Suriah, meninggalkan negaranya pada 1984 setelah melakukan kudeta yang gagal terhadap saudaranya Hafez, pemimpin Suriah 1971-2000.
Di Prancis, Rifaat memiliki kekayaan berlimpah termasuk dua townhouse di lingkungan Paris yang apik, sebuah peternakan, sekitar 40 apartemen dan sebuah puri, menurut AFP dikutip dari Al Jazeera.
Rifaat al-Assad dan keluarganya juga membangun portofolio besar properti di Spanyol, senilai sekitar 695 juta euro atau setara Rp 11,7 triliun. Semua hartanya disita pihak berwenang pada 2017. Pengacara Rifaat al-Assad, bersikeras bahwa semua uangnya berasal dari sumber yang sah.
Kasus korupsi Rifaat al-Assad di Prancis bergulir setelah kelompok kampanye anti-korupsi Sherpa melayangkan gugatan pada 2013. Sherpa menyatakan keputusan pada hari Kamis akan menjadi pembuka untuk melawan dana gelap yang diparkir di Prancis.
Baca: 1000 Polisi Prancis Awasi Sidang 20 Terdakwa Serangan Teror di Paris 2015
AL JAZEERA