TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan ada tiga alternatif untuk dirinya di tahun 2022 nanti. Ketiganya adalah antara menjadi Presiden Brasil lagi, ditingkap, atau mati. Hal itu berkaitan dengan makin intensenya tekanan politik yang ia terima akhir-akhir ini.
"Saya memiliki tiga alternatif untuk masa depan saya, antara ditangkap, dibunuh, atau menang. Ditangkap bukan pilihan karena tidak ada satupun yang bisa mengancam saya," ujar Bolsonaro, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 29 Agustus 2021.
Pernyataan Bolsonaro menyusul keraguannya terhadap sistem voting elektronik di Brasil. Seperti mantan Presiden Amerika Donald Trump yang menolak pemilu via pos, Bolsonaro menolak e-voting karena menyakini ia bakal dicurangi sistem tersebut.
Jika ia sampai kalah pada Pilpres Brasil 2022, Bolsonaro sudah mengatakan bahwa dirinya tak akan menerima hasil tersebut. Ia memilih sistem pemilu yang menyerupai Indonesia, menggunakan kertas suara.
Dalam survei pemilu sejauh ini, Bolsonaro dalam posisi mengejar. Calon kompetitornya, mantan Presiden Luis Inacio Lula da Silva, memimpin sejauh ini.
"Kalian memiliki presiden yang tidak menginginkan ataupun ingin memicu keretakan di Brasil. Namun, saya juga ada batasnya. Saya tidak bisa hidup seperti ini terus," ujar Bolsonaro.
Mahakamah Elektoral Brasil, TSE, pada Rabu kemarin menepis keraguan Bolsonaro. Mereka berkata, tak ada kerusakan ataupun potensi sistem voting elektronik dimanipulasi pada Pilpres Brasil nanti seperti yang ditakutkan Jair Bolsonaro.
Baca juga: Presiden Brasil Bolsonaro Blokir 170 Akun Medsos yang Mengkritiknya
ISTMAN MP | REUTERS