TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika mengupayakan segala cara agar Taliban tetap terkontrol meskipun mereka sudah berhasil mengambil alih Afghanistan. Salah satu langkah yang diambil adalah membekukan aset milik Afghanistan, termasuk Bank Sentral Afghanistan, yang berada di Amerika.
Dikutip dari CNN, Kementerian Keuangan Amerika telah meminta Federal Reserve (The Fed) dan bank-bank yang mengelola aset Afghanistan untuk membekukannya. Dengan begitu, Taliban tidak bisa menggunakannya.
Amerika masih khawatir Taliban akan menggunakan aset Afghanistan untuk kepentingan terorisme. Hal tersebut mengacu pada hubungan lama Taliban dengan kelompok teroris Al Qaeda.
"Mayoritas aset Bank Sentral Afghanistan tidak berada di Afghanistan. Untuk aset yang berada di Amerika, sudah diblok agar tidak dijangkau Taliban," ujar pejabat pemerintahan Amerika, yang enggan disebutkan namanya.
Orang-orang berhjalan di samping gedung bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, September 14, 2008.[REUTERS /Chip]
Menurut laporan Reuters, Bank Sentral Afghanistan diketahui memiliki aset dengan nilai total US$10 miliar (Rp143 triliun). Angka tersebut termasuk cadangan emas senilai US$1,3 miliar dan US$362 juta mata uang asing.
Bank Sentral Afghanistan, per berita ini ditulis, sudah ditinggalkan oleh gubernurnya, Ajmal Ahmady. Ia kabur pada Ahad pekan lalu. Ahmady berkata, dirinya memutuskan untuk kabur ketika mengetahui Taliban sudah berada di depan gerbang masuk Kabul.
Situasi perekonomian Afghanistan, kata Ahmady, tidak bagus ketika ia tinggalkan. Ia menyebut nilai tukar Afghani terus turun seiring dengan tak ada laginya pengiriman Dollar per pekan lalu yang membatasi suplai mata uang. Belum diketahui apakah hal ini akan berdampak ke rencana Taliban ke depannya.
"Nilai tukar naik dari stabil US$81 menjadi nyaris US$100 lalu turun lagi ke US$86. Saya sudah menggelar pertemuan (sebelum kabur) pada Sabtu kemarin untuk meminta bank dan institusi keuangan lainnya menenangkan," ujar Ahmady soal situasi Afghanistan - Taliban.
Baca juga:
ISTMAN MP | CNN