TEMPO.CO, Jakarta - Hanya butuh beberapa hari bagi Taliban untuk menguasai Afganistan, merebut wilayah yang belum mereka kendalikan, dan bahkan kadang-kadang menguasai ibu kota provinsi utama nyaris tanpa perlawanan.
Kemenangan mulus Taliban membuktikan pasukan pemerintah Afganistan yang dilatih pasukan asing tampak tidak berkutik.
Dikutip dari Reuters, 18 Agustus 2021, wawancara dengan para pemimpin Taliban, politisi Afganistan, diplomat dan pengamat lainnya, menunjukkan Taliban sudah meletakkan dasar untuk kemenangannya jauh sebelum peristiwa sekitar minggu lalu.
Bersiap untuk perjuangan yang lebih keras untuk mengambil kembali kendali atas negara yang mereka jalankan dari 1996-2001, selama berbulan-bulan para pemberontak mengatakan mereka membina hubungan dengan pejabat politik dan militer tingkat rendah serta para tetua suku.
Tindakan itu, dikombinasikan dengan penarikan pasukan asing yang diumumkan sebelumnya dari Afganistan sekitar 20 tahun setelah perang terpanjang Amerika dimulai, menghancurkan kepercayaan pada pemerintahan yang didukung Barat di Kabul dan mendorong orang untuk membelot.
"Taliban tidak ingin berperang," kata Asfandyar Mir, seorang analis keamanan Asia Selatan yang berafiliasi dengan Universitas Stanford, dikutip dari Reuters.
"Mereka malah ingin menyebabkan keruntuhan politik," katanya.
Kemajuan Taliban bahkan mengejutkan mereka. Pekan lalu, kota-kota jatuh seperti kartu domino, bahkan di utara negara di mana peranguh Taliban masih lemah, di mana puncaknya pada pendudukan ibu kota Kabul pada Ahad.
Seorang komandan Taliban di provinsi tengah Ghazni mengatakan bahwa begitu pasukan pemerintah dapat melihat Amerika Serikat akhirnya pergi, perlawanan runtuh. Hanya dalam seminggu, semua kota besar Afganistan, dari Kunduz di utara hingga Kandahar di selatan, telah jatuh.
"Itu tidak berarti para pemimpin Afganistan yang menyerah kepada kami telah berubah atau menjadi saleh, itu karena tidak ada lagi dolar," katanya, mengacu pada dukungan keuangan yang telah diterima pemerintah dan militer dari Barat selama hampir dua dekade.
"Mereka menyerah seperti kambing dan domba," ujarnya.
Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat melarikan diri ke luar negeri dan sebagian besar anggota pemerintahannya telah bersembunyi dan tidak dapat dihubungi. Menteri pertahanan Ashraf Ghani sendiri mengkritik pelariannya.
Sebuah laporan bulan Juli dari SIGAR, badan pengawas Kongres yang ditunjuk untuk memantau misi AS di Afganistan, mengatakan bahwa di beberapa daerah pasukan Afganistan melakukan beberapa tingkat perlawanan, sementara di tempat lain mereka menyerah atau melarikan diri.
Saat para milisinya mengambil alih istana kepresidenan, Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu arsitek utama kemenangan Taliban yang menjabat sebagai kepala kantor politik Taliban di Doha, mengatakan itu adalah kemenangan yang tak tertandingi tetapi yang datang secara tak terduga dengan cepat.
"Kami telah mencapai situasi yang tidak pernah diharapkan," katanya.
SITUASI YANG BERBEDA
Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin delegasi Taliban, berbicara selama pembicaraan antara pemerintah Afganistan dan gerilyawan Taliban di Doha, Qatar, 12 September 2020. [REUTERS/Ibraheem al Omari]
Suhail Shaheen, juru bicara Taliban yang berbasis di Doha, Qatar, mengatakan sejumlah besar distrik diamankan meskipun jenis kontak yang memiliki tradisi panjang di Afganistan, di mana mendorong saingan untuk beralih pihak telah menjadi taktik umum.
"(Kami sudah) berbicara langsung dengan aparat keamanan di sana, dan juga melalui mediasi para tetua adat dan ulama," katanya. "Ini dilakukan di seluruh Afganistan, bukan hanya di provinsi tertentu atau lokasi geografis tertentu."
Setelah diusir dari kekuasaan dalam invasi pimpinan AS tahun 2001, Taliban secara bertahap membangun diri kembali dengan dana penjualan opium dan penambangan ilegal, dan umumnya menghindari pertempuran skala besar selama kekuatan udara AS hadir untuk mendukung tentara Afganistan.
Sebaliknya, mereka lebih suka memilih pusat-pusat terpencil dan pos-pos pemeriksaan yang terisolasi dan menyebarkan ketakutan di kota-kota melalui bom bunuh diri.
Sementara itu, mereka menguasai banyak wilayah provinsi dengan bentuk pemerintahan bayangan dengan pengadilan dan sistem pajaknya sendiri.
Di wilayah utara dan barat, di mana pengaruh gerakan Taliban yang sebagian besar etnis Pashtun secara tradisional lebih lemah, gerakan itu bergerak untuk menopang dukungan lokal dan memenangkan dukungan dari orang Tajik, Uzbek, dan lainnya di ragam etnis Afganistan, kata penduduk dan pejabat di sana.
"Kami memiliki mujahidin dan pejuang di setiap daerah. Kami memiliki mujahidin Panjsiri di Provinsi Panjshir, mujahidin Balkhi di Provinsi Balkh, mujahidin Kandahari di Provinsi Kandahar," kata Waheedullah Hashimi, seorang komandan senior Taliban, kepada Reuters.
Sepanjang kemajuan, Mullah Baradar berhasil mempertahankan front persatuan antara pemimpin politik Taliban dan milisi di seluruh negeri, meskipun terkadang bersaing kepentingan atas berbagai masalah mulai dari pembicaraan damai hingga berbagi pendapatan dari penanaman opium.
"Kepala keamanan kami dan senior komisi lain, mereka semua dari etnis yang tinggal di sana," kata Shaheen. "Itulah sebabnya mereka dapat mengambil alih semua distrik provinsi itu melalui negosiasi dan pembicaraan."
"Ini bukan situasi yang sama seperti di masa lalu."
RUNTUHNYA KEPERCAYAAN TERHADAP ASHRAF GHANI