TEMPO.CO, - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Jumat lalu rupanya tidak disukai oleh sejumlah penduduk Israel. Hal ini tergambar dalam jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Channel 13.
Channel 13 menemukan bahwa 48 persen responden menentang kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, sementara 40 persen lainnya mendukung, dan 12 persen mengatakan tidak tahu, seperti dikutip dari Times of Israel, Rabu, 26 Mei 2021.
Jajak pendapat ini diterbitkan oleh Profesor Camil Fuchs dan melibatkan 702 responden, 601 di antaranya adalah Yahudi dan 101 di antaranya kelompok lain, dengan margin of error lebih kurang 3,8 persen.
Keputusan gencatan senjata ini turut berdampak negatif pada popularitas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berjuang agar terpilih kembali. Survei Channel 13 menemukan bahwa Netanyahu sulit membentuk pemerintahan jika pemilihan diadakan hari ini, seperti dilaporkan Jerusalem Post.
Hasil survei menunjukkan koalisi partai pendukung Netanyahu diprediksi menguasai 50 kursi Knesset (parlemen Israel). Sementara partai anti-Netanyahu diperkirakan memperoleh 62 kursi. Delapan kursi sisanya jatuh pada Partai Yamina yang siap untuk diperebutkan.
Ketika ditanya siapa yang akan mereka pilih jika Israel pindah ke sistem pemungutan suara langsung untuk Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu meraih 41 persen suara. Namun pesaingnya, Yair Lapid dari Partai Yesh Atid, membayangi dengan 37 persen suara dan 16 persen abstain.
Seperti diketahui, Jumat pekan lalu Israel dan Hamas sepakat untuk gencatan senjata tanpa komitmen apapun usai dimediasi Mesir. Pihak berwenang menyebutkan jumlah korban tewas di pihak Israel 12 orang dan ratusan lainnya dirawat akibat serangan roket dalam konflik 11 hari itu.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan 253 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak, tewas dan lebih dari 1.900 terluka akibat serangan udara Israel. Israel mengatakan telah menewaskan sedikitnya 160 kombatan.
Baca juga: Kisah Perawat Muslim Selamatkan Yahudi Israel Korban Pengeroyokan
Sumber: TIMES OF ISRAEL | THE JERUSALEM POST