TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Cina di Afghanistan, Wang Yu, berpendapat serangan bom di SMA Sayed-ul-Shuhada, Dasht-e-Barchi, Kabul terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah penarikan pasukan Militer Amerika dan tentara asing lainnya secara "dadakan" dari Afghanistan.
"Pemerintah Cina meminta tentara asing di Afghanistan untuk mempertimbangkan kembali keselamatan dan keamanan warga. Selain itu, lakukan penarikan secara pantas dan hindari hal-hal yang malah membuat warga Afghanistan makin menderita," ujar Pemerintah Cina dalam keterangannya, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 9 Mei 2021.
Seperti diberitakan sebelumnya, ledakan di SMA Sayed-ul-Shuhada terjadi pada Sabtu pekan lalu ketika siswa sekolah terkait tengah bersiap-siap untuk pulang. Ledakan datang dari bom mobil yang selama ini dikenal sebagi modus operandi andalan milisi Sunni dan Taliban.
Per berita ini ditulis, jumlah korban jiwa diketahui ada 68 orang. Jumlah korban luka-luka ada 165 orang yang beberapa di antaranya tengah menjalani perawatan. Menurut otoritas Afghanistan dan saksi mata, kebanyakan korban adalah siswi.
Seorang perempuan yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah ledakan bom mobil di Kabul, Afganistan 8 Mei 2021. [REUTERS / Mohammad Ismail]
Dua pekan sebelum ledakan terjadi, Pemerintah Amerika memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan. Hal itu merupakan komitmen mereka untuk mengakhiri perang terlama Amerika di Timur Tengah, War on Terror, yang memakan waktu dua dekade.
Penarikan disepakati berlangsung secara bertahap per 1 Mei 2021. Namun, penarikan itu dipertanyakan oleh sejumlah pihak yang khawatir malah akan membuat kawasan Afghanistan tak aman. Apalagi, kelompok Taliban tidak menyetujui skema penarikan bertahap karena menurut mereka bertentangan dengan hasil negosiasi tahun lalu. Mereka menginginkan penarikan sekaligus.
Hingga berita ini ditulis, keterkaitan antara penarikan pasukan Amerika, Taliban, dan ledakan belum diketahui. Namun, Distrik Dasht-e-Barchi memang sudah kerap menjadi sasaran serang kelompok teror dan milisi seperti Taliban ataupun ISIS. Salah satu alasannya, karena kawasan itu padat dengan anggota komunitas Muslim Syiah.
Mei tahun lalu, misalnya, pernah terjadi teror penembakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dasht-e-Barchi. Tiga orang pelaku, yang menyamar sebagai polisi, melepas tembakan ke arah pasien di rumah sakit, bahkan ketika operasi kelahiran tengah berlangsung di sana. Sebanyak 14 orang meninggal dalam insiden itu.
Orang-orang berdiri di lokasi ledakan bom mobil di Kabul, Afganistan 8 Mei 2021. [REUTERS / Stringer]
Kritik dari Berbagai Negara Tetangga
Berbagai pihak dan negara tetangga mengecam teror bom mobil yang terjadi. Paus Fransiskus dari Vatikan, misalnya, menyebut ledakan di depan SMA Sayed-ul-Shuhada sebagai tindakan yang tidak manusiawi.
Kementerian Luar Negeri India menyatakan hal senada. Dalam keterangan persnya, mereka menyatakan teror bom mobil di Dasht-e-Barchi mengancam masa depan sejumlah warga Afghanistan.
"Pelakunya jelas-jelas berniat menghancurkan segala capaian dan hasil kerja keras Afghanistan selama dua dekade terakhir," ujar mereka.
Pemerintah Indonesia tak ketinggalan berkomentar. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengutuk serangan yang terjadi dan menyampaikan duka serta simpati kepada seluruh rakyat Afghanistan, tak terkecuali keluarga kroban.
"Kami akan terus mendukung upaya memerangi terorisme dan mewujudkan perdamaian yang lestari di Afghanistan," ujar Kementerian Luar Negeri Indonesia/
Baca juga: Ledakan Bom Mobil Guncang Sekolah SMA di Kabul Afganistan, 58 Orang Tewas
ISTMAN MP | REUTERS