TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara junta militer dan kelompok etnis bersenjata berlanjut di Myanmar. Dikutip dari Channel News Asia, Militer Myanmar kembali melakukan serangan udara ke permukiman kelompok etnis bersenjata di dekat perbatasan Thailand, Rabu, 28 April 2021. Hal itu tak ayal memanaskan pertempuran di kawasan perbatasan.
"Dua pesawat Militer Myanmar meluncurkan serangan udara dengan menembaki warga. Serangan itu kemudian dilanjutkan dengan roket yang diluncurkan dari helikopter," ujar Gubenur Provinsi Mae Hong Son, Sithichai Jindaulang, di Thailand, dikutip dari Channel News Asia.
Karen National Union (KNU) adalah kelompok etnis bersenjata yang menjadi sasaran dalam serangan tersebut. Sejak krisis Myanmar terjadi akibat kudeta di bulan Februari, KNU adalah salah satu kelompok yang vokal melawan junta militer.
KNU pertama kali menjadi sasaran serang Militer Myanmar pada Maret lalu. Seperti serangan hari ini, salah satu permukiman mereka dihajar dengan serangan udara. Mereka yang bertahan hidup langsung mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri sembari merencanakan serangan balasan. Sejak saat itu, kedua kubu kerap bertarung.
Senin kemarin, Brigade Kelima KNU menyerang pangkalan Militer Myanmar di Sungai Salween. Salween sendiri adalah perbatasan Myanmar dan Thailand. Hari berikutnya, serangan berlanjut di Pangkalan Militer Dar Gwin, utara dari Sungai Salween. Serangan Rabu kemarin diyakini sebagai balasan Militer Myanmar atas aksi KNU dua hari sebelumnya.
Pangkalan militer Myanmar di tepi Sungai Salween terbakar, di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, 27 April 2021. Sementara itu, perjalanan Jenderal Senior junta Min Aung Hlaing ke KTT ASEAN di Jakarta dianggap tak membantu menghentikan kekerasan. REUTERS/Athit Perawongmetha
"Diyakini Militer Myanmar membalas untuk melindungi pangkalan mereka," ujar Jindaulang. Ia menambahkan, sebanyak 68 warga Myanmar mengungsi ke Thailand akibat serangan tersebut.
Kepala Urusan Luar Negeri KNU, Padoh Saw Taw, membenarkan adanya serangan udara itu. Namun, ia mengklaim KNU tidak melakukan serangan apapun hari ini. Selain itu, Padow Saw Taw mengkiritk serangan udara ke wilayah permukiman sipil bukan langkah yang bijak dari Militer Myanmar.
"Itu bukan langkah yang tepat untuk membalas karena serangan udara jelas berlebihan apabila dibandingkan dengan kemampuan militer KNU. Mereka juga seharusnya menyasara militer kami, bukan warga sipil," ujar Padoh Saw Taw.
Per berita ini ditulis, korban dari krisis di Myanmar sudah mencapai 750 orang. Hal itu mengacu pada data dari Asoasiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik. Selain itu, ada juga 3400 lebih orang yang ditangkap sebagai tahanan politik. Salah satu di antaranya adalah Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.
Baca juga: Dua Pangkalan Udara Myanmar Diserang Dengan Roket
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA
Catatan redaksi: Berita ini mengalami perbaikan tanggal peristiwa karena kesalahpahaman soal kronologis terjadinya serangan. Atas kesalahannya, kami meminta maaf.