TEMPO.CO, Jakarta - Rusia siap membangun stasiun luar angkasa sendiri yang akan diluncurkan ke orbit pada 2030 jika Presiden Vladimir Putin memberikan izin, kata kepala badan antariksa Rusia Roscosmos pada Rabu.
Proyek ini akan menandai babak baru untuk eksplorasi luar angkasa Rusia dan mengakhiri lebih dari dua puluh tahun kerja sama erat dengan Amerika Serikat di atas Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang menua.
"Jika pada 2030, sesuai dengan rencana kami, kami dapat menempatkannya di orbit, itu akan menjadi terobosan kolosal," kata kepala Roscosmos Dmitry Rogozin seperti dikutip kantor berita Interfax.
"Ada keinginan untuk mengambil langkah baru dalam eksplorasi ruang angkasa berawak dunia," ujar Rogozin.
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) difoto oleh awak Ekspedisi 56 dari pesawat luar angkasa Soyuz setelah dibuka, 4 Oktober 2018. [NASA / Roscosmos / Handout via REUTERS]
Dikutip dari Reuters, 22 April 2021, kosmonot Rusia telah bekerja dengan rekan-rekan dari Amerika Serikat dan 16 negara lain pada ISS sejak 1998, salah satu bidang kerja sama terdekat antara Rusia dan Amerika Serikat, yang hubungannya saat ini berada dalam titik terendah sejak Perang Dingin.
Wakil Perdana Menteri Yuri Borisov mengatakan kepada TV Rusia pada akhir pekan bahwa Moskow akan memberi tahu mitranya kalau mereka akan meninggalkan proyek ISS mulai 2025.
Rogozin mengatakan stasiun luar angkasa Rusia, tidak seperti ISS, kemungkinan besar tidak akan diawaki secara permanen karena jalur orbitnya akan memaparkannya ke radiasi yang lebih tinggi.
Tetapi kosmonot akan mengunjunginya dan itu juga akan menggunakan kecerdasan buatan dan robot.
Rogozin mengatakan Rusia siap mempertimbangkan untuk mengizinkan awak asing berkunjung.
Interfax mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Rusia berencana menghabiskan hingga US$ 6 miliar (Rp 87 triliun) untuk meluncurkan proyek stasiun luar angkasa baru.
Baca juga: Rusia: Nasib Stasiun Luar Angkasa Internasional Diputuskan pada 2021
REUTERS