TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Joe Biden serius dengan niatannya berkompetisi dengan Cina di berbagai sektor, tak terkecuali infrastruktur. Pada Rabu kemarin, waktu setempat, ia mengungkapkan rencananya untuk menggelontorkan investasi dengan nilai fantastis, US$2 triliun, yang juga bertujuan untuk menambah lapangan pekerjaan di Amerika.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Joe Biden menyebut rencananya tersebut sebagai American Jobs Plan. Adapun investasi tersebut akan melingkupi beberapa hal mulai dari pembangunan infrastruktur, tekonologi hijau, hingga perbaikan layanan publik.
"Ini adalah investasi sekali per satu generasi di Amerika, tidak seperti yang selama ini kita buat usai perlombaan ke luar angkasa ataupun pembangunan jalur lintas negara bagian," ujar Joe Biden, Rabu, 31 Maret 2021.
Joe Biden melanjutkan, periode proyek pembangunan dengan nilai investasi US$2 triliun tersebut akan berdurasi 8 tahun. Adapun perhitungan ia menunjukkan keseluruhan investasi akan terbayar dalam 15 tahun tanpa menimbang utang-utang jangka panjang yang dimiliki Amerika.
Isinya proyek tersebut beragam. Salah satunya adalah proyek pembangunan infrastruktur dengan nilai total US$621 miliar mulai dari pembangunan jembatan, jalan raya, hingga pelabuhan. Selain itu, ada juga investasi US$174 miliar untuk pengembangan pasar kendaraan elektrik termasuk penyediaan jaringan pengisian daya secara nasional per 2030.
Presiden AS Joe Biden berbicara kepada media saat dia tiba di Newcastle, Delaware, AS, 26 Maret 2021. Tiba di Newcastle Joe Biden tampil dengan mengenakan Kacamata Hitam Rayban Aviator. REUTERS/Joshua Roberts
Untuk mendukung proyek tersebut, Joe Biden berencana menaikkan pajak badan dari 21 persen menjadi 28 persen. Selain itu, bakal ada perubahan kode pajak untuk menutupi celah kemungkinan korporat memindahkan keuntungan ke luar negeri untuk menghindari kewajiban pajak. Hal itu tercantum dalam rancangan Joe Biden soal American Jobs Plan yang tebalnya 25 halaman.
"Target kami bukanlah menyasar bisnis, tetapi untuk merespon perpecahan dan ketidaksetaraan yang diperburuk pandemi COVID-19."
"Saya tidak keberatan meminta perusahaan untuk menanggung tagihan dari proyek ini dan saya akan mengakhiri tren di mana perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon nyaris tidak membayar pajak federal," ujar Joe Biden menegaskan.
Ditambah dengan anggaran sitmulus COVID-19, maka Joe Biden sudah merencanakan pengeluaran lebih dari Rp3 triliun sebelum masa pemerintahannya menyentuh 100 hari. Rencana-rencananya akan membuat pemerintah federal lebih berperan dalam perekonomian Amerika. Tim Joe Biden menyakini penguatan ekonomi yang dinahkodai pemerintah adalah cara terbaik untuk menangani dampak pandemi COVID-19 dan kompetisi dari Cina.
Sebelumnya, Joe Biden menyatakan dirinya tidak ingin Amerika kalah dari Cina dalam proyek infrastruktur. Kalau perlu, kata ia, Amerika juga membuat tandingan proyek Belt and Road Initiative yang disebut sebagai jalur sutera baru dari Cina.
Senator Republikan Mitch McConell pesimistis dengan rencana Joe Biden. Ia menyebutnya sebagai kuda troya Biden. Ia bahkan menyebut rencana kenaikan pajak badan akan "membunuh lapangan pekerjaan dan memperlamban kenaikan upah di saat pekerja membutuhkan pemulihan ekonomi dengan cepat".
Baca juga: Joe Biden Umumkan Buat Kebijakan Baru untuk Tangkal Kekerasan Anti-Asia
ISTMAN MP | REUTERS