TEMPO.CO, - Paus Fransiskus menghadiri pertemuan antarumat beragama dalam kunjungannya ke Irak. Pertemuan ini berlangsung di kota kuno Ur, tempat kelahiran Nabi Ibrahim atau Abraham.
Di hadapan umat lintas agama, Paus Fransiskus mengecam segala kekerasan di Irak yang mengatasnamakan Tuhan. Hal ini, kata dia, penistaan agama terbesar.
"Tuhan itu penuh belas kasih dan bahwa penistaan terbesar adalah mencemarkan nama-Nya dengan membenci saudara-saudari kita," kata Paus Fransiskus dikutip dari Reuters, Ahad, 7 Maret 2021.
Beberapa jam sebelumnya di Najaf, Fransiskus bertemu dengan pemimpin Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, dan mengirimkan sinyal kuat untuk mengedepankan dialog antaragama dan hidup berdampingan.
Invasi Amerika Serikat pada 2003 menjerumuskan Irak ke dalam konflik sektarian selama bertahun-tahun. Keadaan makin para ketika ISIS berkuasa.
Sehari sebelumnya, Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Irak Barham Salih dan jajarannya di Istana Presiden. Paus menyerukan agar kekerasan di negeri seribu satu malam itu dihentikan. "Semoga tindakan kekerasan dan ekstremisme, faksi, dan intoleransi berakhir," ucap dia.
Paus Fransiskus berharap ada ruang bagi semua warga Irak untuk berkerja sama membangun negeri melalui dialog, diskusi yang jujur, tulus, dan konstruktif.
Menurut dia, selama beberapa dekade terakhir, Irak telah menderita akibat perang, terorisme, dan konflik sektarian yang didasarkan pada fundamentalisme. "Tidak mampu menerima hidup berdampingan secara damai dari kelompok etnis dan agama yang berbeda, gagasan dan budaya yang berbeda," ujar Paus Fransiskus.
Baca juga: Mengenal Pemimpin Syiah Irak yang Ditemui Paus Fransiskus
Sumber: REUTERS