TEMPO.CO, Jakarta - HAM PBB pada Jumat, 29 Januari 2021, mengutuk dugaan sebuah eksekusi mati pada 28 terpidana mati. Diantara mereka yang menjalani hukuman mati tersebut adalah terpidana dari kelompok minoritas. HAM PBB juga menyerukan pada Tehran agar menghentikan hukuman gantung pada seorang laki-laki terpidana mati dari etnis Baluchi.
“#Iran: kami sungguh mengutuk serangkaian eksekusi mati, setidaknya pada 28 orang, sejak pertengahan Desember 2020. Diantara mereka (yang dieksekusi mati) berasal dari kelompok minoritas,” kata HAM PBB di Twitter.
Ilustrasi hukuman gantung. latimes.com
Baca juga: Cina Eksekusi Mati Bankir yang Terima Suap Rp 3,6 Triliun
Iran sudah sering menghadapi kritikan dari organisasi – organisasi dunia dan lembaga-lembaga HAM karena tingginya catatan pelaksanaan eksekusi mati di negara itu. Data Amnesty International menyebut angka hukuman mati di Iran tertinggi di dunia, setelah Cina.
Tehran mengesampingkan kritikan yang masuk dengan menyebutnya tidak berdasar dan kurangnya pengetahuan terhadap hukum Islam.
“Kami mendesak otoritas – otoritas agar menghentikan eksekusi mati pada Javid Dehghan, mengevaluasi hukuman mati yang dijatuhkan padanya dan terpidana lainnya, agar sejalan dengan hukum HAM,” demikian bunyi pernyataan HAM PBB.
Provinsi Sistan-Baluchestan terletak di wilayah perbatasan Iran – Afganistan. Area itu memproduksi opium terbesar di dunia. Daerah itu sudah lama dikecamuk oleh geng-geng narkoba dan militan separatis.
Iran belum mengeluarkan pernyataan tertulis terkait pernyataan HAM PBB soal eksekusi mati tersebut. Amnesty International mengatakan Dehghan dinyatakan bersalah lewat sebuah pengadilan yang tidak adil karena dia bergabung dengan sebuah kelompok bersenjata dan terlibat dalam sebuah penyergapan yang menewaskan dua anggota Garda Revolusi Iran.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-un-iran-executions-condemns/u-n-condemns-iran-execution-spree-worried-about-minorities-idUSKBN29Y2XI