TEMPO.CO, Jakarta - Istana Negara Malaysia menunda agenda pertemuan dengan koalisi yang dibentuk oleh Anwar Ibrahim. Hal tersebut menyusul kunjungan Anwar Ibrahim ke Raja Malaysia Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah terkait menjadi PM baru pada Selasa kemarin.
Dalam pernyataan pers Partai Aksi Demokrasi (DAP) dan Amanah selaku oposisi, mereka mengklaim awalnya diminta untuk bertemu dengan raja Malaysia Rabu ini, 14 Oktober 2020. Hal itu, klaim mereka, sebagai tindak lanjut atas pertemuan Anwar Ibrahim dan Raja Malaysia kemarin. Namun, mendadak, agenda itu ditunda.
"Kami dikabari tadi malam oleh sekretariat bawa pertemuan dengan Raja Malaysia ditunda," ujar Sekjen DAP Lim Guang Eng dan Presiden Amanah Mohamad Sabu, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 14 Oktober 2020.
Hingga berita ini ditulis, kapan pertemuan itu akan digelar lagi belum diketahui. Diduga, hal itu untuk mengkonfirmasi klaim Anwar Ibrahim bahwa dia telah didukung 120 dari total 220 anggota Parlemen Malaysia. Anwar Ibrahim merasa, jumlah tersebut sudah cukup sebagai modalnya untuk menjadi PM Malaysia baru, menggantikan Muhyiddin Yasin.
Istana Negara, kemarin, menyatakan bahwa Anwar Ibrahim tidak menunjukkan bukti konkrit dirinya didukung mayoritas anggota parlemen. Anwar Ibrahim dikatakan hanya menyampaikan jumlah yang mendukung, tetapi tidak siapa saja yang mendukungnya.
Di Malaysia, peran raja umumnya lebih ke sisi seremonial. Namun, dalam pemerintahan, ia bisa menunjuk PM Malaysia baru yang dirasa bisa mengendalikan mayoritas.
PM Malaysia saat ini, Muhyiddin Yasin, pun hasil ditunjuk oleh Raja Malaysia menyusul runtuhnya administrasi Mahathir Mohamad karena perhitungan politis yang salah. Muhyiddin Yasin, diam-diam, berhasil mencaplok dukungan dari pihak Mahathir Mohamad.
ISTMAN MP | REUTERS