TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Wakil Gubernur Bank Sentral Lebanon, Nasser Saidi, mengatakan pemerintah melakukan kebijakan nasional subsidi yang membebani keuangan negara.
Menurut Saidi, pemerintah seharusnya membantu masyarakat paling miskin sehingga program bantuannya lebih terarah.
“Semua yang terjadi sejak Oktober tahun lalu bisa dihindarkan sebenarnya,” kata Saidi seperti dilansir Reuters pada Jumat, 9 Oktober 2020.
Menurut Saidi, pemberian bantuan terarah kepada orang miskin Lebanon bisa lebih efektif.
Pemberian subsidi secara nasional membuat para penyelundup membawa barang dari Lebanon ke Suriah.
“Yang seharusnya dilakukan adalah membuat rencana keuangan dan ekonomi penuh,” kata Saidi.
Sejumlah importir barang komoditi mengatakan mereka belum tahu berapa lama lagi pemerintah bisa memberikan subsidi dalam situasi krisis ekonomi seperti saat ini.
Menurut Gubernur Bank Sentral Lebanon, Riad Salameh, mengatakan bank sentral tidak mampu membiayai perdagangan selamanya.
Sedangkan Presiden, Michel Aoun, mengatakan,”Uang akan segera habis. Apa yang bisa saya katakan?”
Seorang sumber di pemerintahan mengatakan dana subsidi bakal bertahan selama enam bulan dengan mengurangi dukungan untuk produk tertentu.
Kondisi keamanan di Lebanon juga memburuk. Seorang warga Lebanon, Mostafa al-mohalhal, 62 tahun, mengatakan dia menderita diabetes.
Empat insulin yang disimpan di kulkas di rumahnya rusak karena listrik di Lebanon sering padam. “Jika harga-harga naik, bagaimana saya mau membayarnya. Orang-orang akan meninggal di jalanan," kata Al-Mohalhal.
Sumber