TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendesak otoritas Belarus berhenti menangkapi warga dan kelompok oposisi secara ilegal.
Macron, yang sedang mengunjungi Vilnius di Lithuania, juga meminta pemerintah Belarus melepas demonstran yang ditangkap sewenang-wenang dan menghargai hasil pemilu.
“Macron juga meminta pemimpin Belarus Alexander Lukashenko untuk mundur pada Ahad kemarin,” begitu dilansir Reuters pada Selasa, 29 September 2020.
Presiden Macron juga mempertegas sikapnya terhadap otoritas Belarus seiring merebaknya demosntrasi besar yang diikuti puluhan ribu warga dan telah memasuki pekan ketujuh.
Demonstran mendesak Presiden Alexander Lukashenko, yang telah berkuasa selama 26 tahun, untuk mundur.
Kelompok oposisi, yang menggerakkan demosntrasi rutin tiap akhir pekan, menuding Lukashenko bertindak curang untuk memenangkan pemilu pada 9 Agustus 2020.
Lukashenko mengeklaim kemenangan 80 persen suara. Dia juga mempercepat proses pelantikan dirinya sebagai Presiden di tengah gelombang unjuk rasa yang semakin membesar.
Rival kandidat Presiden, Svetlana Tikhanouskaya, mendesak Lukashenko untuk membebaskan semua tahanan politik dan menggelar pemilu ulang.
Dia melarikan diri ke Lithuania karena merasa keselamatan diri dan anak-anaknya terancam. Suaminya telah ditangkap terlebih dulu oleh otoritas Belarus.
Sebagai bentuk dukungan kepada negara di kawasan Baltik, Macron bakal mengunjungi pasukan Prancis, yang tergabung dalam grup tempur NATO di Kota Rukla di Lithuania.
Sumber