TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan masyarakat Taiwan menyampaikan penghormatan kepada mendiang Presiden Lee Teng-hui, yang dianggap sebagai Bapak Demokrasi.
Lee dianggap berjasa mengakhiri era otoriter dan memperkenalkan pemilihan umum yang bebas dan adil. Lee juga berjasa memperjuangkan pemisahan identitas Taiwan dari Cina.
Ini terjadi di tengah ketegangan antara Taiwan dan Cina, yang mengiriim sejumlah pesawat jet tempur ke pulau itu karena kunjungan pejabat Amerika Serikat.
“Penghormatan kepada Lee berlangsung di tengah aksi militer Cina,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 19 September 2020.
Lee merupakan pemimpin yang terpilih lewat proses demokrasi pada 1996. Dia berkuasa sejak 1988 – 2000.
Lee terpilih sebagai Presiden demokratis pertama Taiwan pada Maret 1966 di tengah aksi militer Cina dan uji coba rudal di perairan sekitar pulau itu.
Kejadian ini membawa Cina dan Taiwan ke ambang konflik besar-besaran. Amerika Serikat lalu mengirim kapal induk ke area ini dan memberi peringatan kepada pemerintahan Beijing.
Pada Jumat dan Sabtu, Cina kembali melakukan latihan perang di Selat Taiwan dengan mengirim 19 pesawat jet tempur mendekat Taiwan.
Beijing mengekspresikan kemarahannya atas kunjungan seorang pejabat senior Amerika Serikat ke Taipei untuk melakukan penghormatan kepada Lee.
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, mengatakan Lee telah membentuk Taiwan saat ini.
“Menghadapi tantangan melelahkan internasional, dia dengan terampil memimpin Taiwan dengan mempromosikan diplomasi pragmatis,” kata Tsai Ing-wen. “Terima kasih atas jasanya, Taiwan saat ini menjadi suluh demokrasi.”
Sumber:
https://www.reuters.com/article/us-taiwan-lee/in-shadow-of-china-war-games-taiwan-bids-farewell-to-mr-democracy-idUSKBN26A05O