TEMPO.CO, Beijing – Kepemilikan surat utang pemerintah Amerika Serikat oleh pemerintah Cina terus menurun.
Jumlah kepemilikan ini tercatat sebanyak US$1,074 miliar atau sekitar Rp15,800 triliun pada Juni atau turun dari Mei sebanyak US$1,083 triliun.
“Cina terus mengurangi secara bertahap kepemilikan surat utang Amerika pada tahun ini,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 5 September 2020.
Profesor Xi Junyang dari Shanghai University of Finance and Economics mengatakan pemerintah Cina bisa saja terus mengurangi kepemilikan surat utang ini hingga sekitar US$800 miliar atau sekitar Rp11,800 triliun.
Ini setara pengurangan sebanyak 25 persen. Analis mengatakan penjualan besar-besaran surat utang ini oleh Cina, yang biasa disebut opsi nuklir, bisa memicu kekacauan di pasar utang global.
Alasan lainnya penjualan surat utang ini adalah meningkatnya risiko gagal bayar pemerintah Amerika.
Ini karena jumlah utang negara itu terus meningkat drastis sebesar jumlah produk domestik bruto. Level ini belum pernah tercapai sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Jumlah ini jauh di atas level standar internasional yaitu 60 persen dari produk domestik bruto.
Cina sangat terekspos dengan dolar Amerika dan aset bernilai dolar. Cadangan devisa Cina saat ini mencapai jumlah fantastis yaitu US$3,154 triliun pada akhir Juli atau sekitar Rp46,500 triliun.
Sumber: