TEMPO.CO, Jakarta - Rusia meminta negara-negara barat agar tidak terburu-buru menghakimi Negara Beruang Merah itu terkait kasus Alexei Navalny diracun. Sebab tidak ada bukti di lapangan yang bisa mengarahkan tuduhan itu ke Rusia.
Pernyataan itu disampaikan Rusia pada Kamis, 3 September 2020, setelah muncul tekanan dari negara-negara barat kepada Moskow. Sehari sebelumnya, Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan Navalny sudah diracun dengan racun saraf Novichok dalam upaya untuk membunuhnya.
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di Moskow, Russia, 29 September 2019. Navalny juga dikenal aktif di sosial media. Mayoritas pengikutnya merupakan kalangan muda, yang meledek kelompok mapan dan setia kepada Putin. Dia memiliki cara untuk mendapatkan informasi soal perusahaan dan kinerja keuangan yaitu menjadi pemegang saham minoritas. REUTERS/Shamil Zhumatov
Racun novichok dikenal sebagai ‘gaya’ Uni Soviet. Merkel mengatakan dia ingin berkonsultasi dengan negara-negara sekutu di NATO soal bagaimana merespon kasus ini.
Navalny, 44 tahun, adalah salah satu Pemimpin Oposisi Rusia yang dikenal suka mengkritik Presiden Rusia, Vladimir Putin dan sangat menyoroti invetigasi pada kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi. Dia dilarikan ke Jerman pada akhir bulan lalu setelah pingsan dalam sebuah perjalanan domestik di Rusia usai meminum teh, yang sekutu-sekutunya mengatakan teh itu sudah diracun.
Kondisi Navalny masih kritis. Dia di rawat disebuah ruang ICU di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Berlin, Jerman.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Moskow menolak semua spekulasi atau tuduhan yang menuding Rusia dalang dibalik peristiwa Alexei Navalny diracun. Peskov juga memperingatkan negara-negara lain agar jangan lansung membuat kesimpulan tanpa mengetahui fakta-fakta yang sepenuhnya.
“Tidak ada bukti untuk menuding Negara Rusia. Kami tidak menerima tuduhan ini. Tentu saja kami tidak mau mitra-mitra kami di Jerman dan negara Eropa lainnya terburu-buru dengan penilaian mereka,” kata Peskov.
Sergei Naryshkin, Kepala Badan Intelijen Asing Rusia atau SVR, mengatakan Moskow tidak bisa mengesampingkan badan-badan intelijen di negara-negara barat yang diduga telah mengatur insiden peracunan ini sehingga menjadi masalah. Sedangkan jaksa penuntut di Rusia mengatakan mereka tidak melihat alasan untuk melakukan investigasi kriminal karena mereka tidak menemukan tanda-tanda sebuah kejahatan dilakukan meskipun pengecekan pra-investigasi terus dijalankan.