TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan perusahaan minyak Amerika Serikat menandatangani kesepakatan ladang minyak dengan pemberontak Kurdi dan menyebutnya sebagai pencurian minyak Suriah.
Pernyataan kementerian dirilis pada Ahad ketika pasukan Kurdi, Syrian Democratic Forces (SDF), menjual ladang minyak di timur laut Suriah kepada perusahaan minyak AS. Kementerian tidak menyebut nama perusahaan Amerika yang membeli ladang minyak tersebut.
Senator AS dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah menyinggung kesepakatan ladang minyak antara SDF dan perusahaan AS selama sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS pada Kamis, menurut laporan Reuters, 2 Agustus 2020.
Senator Republik Lindsey Graham mengatakan selama komite, dirinya mendengar bahwa Komandan SDF Mazloum Abdi memberitahunya bahwa kesepakatan telah ditandatangani dengan perusahaan Amerika untuk "memodernisasi ladang minyak di timur laut Suriah".
"Ya. Kesepakatan itu memakan waktu sedikit lebih lama...daripada yang kita harapkan, dan sekarang kita dalam implementasi," kata Mike Pompeo merespons pernyataan Lindsey Graham.
Pemerintah Suriah mencecam perjanjian yang ditandatangani antara milisi al-Qasd (SDF) dan perusahaan minyak Amerika untuk mencuri minyak Suriah di bawah sponsor dan dukungan pemerintah Amerika. "Perjanjian ini batal demi hukum dan tidak memiliki dasar hukum," kata pemerintah Suriah.
Suriah memproduksi sekitar 380.000 barel minyak per hari sebelum perang saudara meletus pada 2011. Iran dan Rusia mendukung pemerintah Presiden Bashar al Assad, sementara Amerika Serikat mendukung oposisi.
Damaskus kehilangan kendali atas sebagian besar ladang minyak di bentangan timur Sungai Eufrat di Deir al-Zor. Sanksi Barat juga menghantam industri energi Suriah.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa meskipun ada penarikan militer dari timur laut Suriah, sejumlah kecil pasukan Amerika akan tetap di lokasi ladang minyak. Pentagon mengatakan akhir tahun lalu bahwa pendapatan ladang minyak akan masuk ke kas SDF.
"Kesepakatan itu batal demi hukum," kata Kementerian Luar Negeri Suriah, dikutip dari RT.
Suriah telah lama menuduh AS menjarah cadangan minyak Suriah. Pasukan AS berjaga di ladang minyak Suriah dengan alasan untuk mencegah minyak agar tidak jatuh ke tangan teroris
Sebaliknya, desas-desus beredar bahwa AS diam-diam menjual minyak ke pembeli asing, dengan Presiden Suriah Bashar Assad menuduh Amerika Serikat menyelundupkan minyak ke Turki, seperti yang dilakukan ISIS dan faksi teroris Al-Nusra sebelumnya.