TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat mengatakan pria Singapura diduga kuat bekerja untuk intelijen Cina dan mencoba merekrut karyawan pemerintah.
Pria Singapura itu bernama Jun Wei Yeo, yang juga dikenal sebagai Dickson Yeo, dan telah mengaku bersalah.
Pengakuan ini muncul dalam sidang teleconference di Pengadilan Distrik Columbia dan dipimpin hakim Tanya S. Chutkan.
“Pengakuan bersalah hari ini menggaris-bawahi cara-cara pemerintah Cina terus menarget warga Amerika yang memiliki akses ke informasi sensitif pemerintah, termasuk menggunakan Internet dan warna non-Cina untuk menarget warga Amerika yang tidak pernah meninggalkan Amerika Serikat,” kata Michael R. Shervin, pelaksana tugas Jaksa AS untuk Distrik Columbia, sepeti tercantum dalam situs pemerintah justice.gov pada Jumat, 24 Juli 2020.
Shervin mengatakan penegak hukum AS akan terus menuntut secara hukum orang-orang yang menggunakan praktek penipuan lewat Internet dan cara lain untuk melemahkan keamanan nasional negara.
Seperti dilansir Reuters, Seorang pria Singapura yang tinggal di Washington D.C., Amerika Serikat, mengaku bersalah menjadi agen ilegal untuk pemerintahan asing.
Jaksa penuntut di Amerika mengatakan Jun Wei Yeo alias Dickson Yeo telah bekerja untuk intelijen Cina selama 4 - 5 tahun.
Dia merekrut warga Amerika dengan akses terhadap informasi penting lewat internet.
Dia juga meminta warga AS untuk menulis laporan mengenai informasi yang diperoleh lalu Yeo menyampaikan laporan itu ke Beijing.
“Pemerintah Cina menggunakan berbagai cara duplikat untuk mendapatkan informasi sensitif dari warga Amerika yang tidak menyadarinya,” kata John Demers, asisten Jaksa Agung AS, seperti dilansir CNN pada Sabtu, 25 Juli 2020.
Menurut Demers, Yeo berperan sentral dalam proses perekrutan dan pencarian informasi sensitif ini.
“Dia menggunakan situs jaringan karir dan perusahaan konsultan palsu untuk memikat warga Amerika yang mungkin menarik bagi kepentingan pemerintah Cina,” kata Demers.