TEMPO.CO, Jakarta - Singapura menderita resesi ekonomi setelah mengalami kontraksi ekonomi 41,2 persen pada kuartal kedua dari tiga bulan sebelumnya, terseret oleh permintaan eksternal yang lemah dan akibat penerapan langkah-langkah pemutus sirkuit Covid-19.
Beberapa bulan lockdown Covid-19 dan penutupan di tempat kerja telah menghancurkan sektor konstruksi, ritel, dan pariwisata Singapura, menurut laporan Channel News Asia, 14 Juli 2020.
Pihak berwenang telah menyatakan bahwa mereka memperkirakan produk domestik bruto Singapura (PDB) menyusut antara 4 dan 7 persen tahun ini, karena wabah virus corona terus menimbulkan tekanan besar pada perekonomian.
Straits Times melaporkan penurunan produk domestik bruto (PDB) lebih buruk daripada penurunan 10,5 persen yang telah diantisipasi para ekonom dalam survei Bloomberg. Ini juga jauh lebih buruk daripada pada kuartal pertama ketika PDB berubah negatif untuk pertama kalinya dalam satu dekade, dengan ekonomi berkontraksi sebesar 0,3 persen yang direvisi.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) mengatakan penurunan PDB disebabkan oleh langkah-langkah pemutus sirkuit Covid-19 yang diterapkan dari 7 April hingga 1 Juni untuk memperlambat penyebaran Covid-19, serta permintaan eksternal yang lemah di tengah penurunan ekonomi global.
Pada basis tahunan yang disesuaikan secara musiman kuartal-ke-kuartal, PDB Singapura menyusut 41,2 persen pada periode April hingga Juni, memperdalam kontraksi 3,3 persen dalam tiga bulan sebelumnya, kata Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) dalam perkiraan sebelumnya pada Selasa.
Ini berarti bahwa Singapura telah memasuki resesi teknis, yang didefinisikan oleh para ekonom sebagai dua kontraksi kuartal ke kuartal berturut-turut.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penyusutan eknomi Singapura sebesar 37,4 persen.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bersama istrinya Ho Ching, saat tiba di tempat pemungutan suara saat pemilihan umum di Singapura, 10 Juli 2020. Sekitar 1.100 tempat pemungutan suara di seluruh negara-kota disiapkan untuk menggelar pemilu dengan mengedepankan protokol kesehatan. REUTERS/Edgar Su
Sektor konstruksi adalah yang terpukul paling parah pada kuartal kedua, mengalami kontraksi 54,7 persen tahun-ke-tahun setelah penurunan 1,1 persen pada kuartal pertama. Pada basis kuartal ke kuartal, sektor konstruksi anjlok 95,6 persen.
Ini dikarenakan pemutus sirkuit Covid-19 menghentikan sebagian besar kegiatan konstruksi dan langkah-langkah lain seperti pembatasan pergerakan di asrama pekerja asing menyebabkan gangguan tenaga kerja, kata MTI.
Sektor jasa menyusut 13,6 persen tahun-ke-tahun, juga melihat penurunan yang jauh lebih curam daripada penurunan 2,4 persen pada kuartal pertama. Secara triwulanan, sektor ini turun 37,7 persen.
Pembatasan perjalanan global dan domestik sangat mempengaruhi sektor-sektor terkait pariwisata, sementara sektor-sektor jasa yang berorientasi ke luar seperti perdagangan grosir terkena dampak buruk oleh turunnya permintaan eksternal, kata MTI.
Sementara itu, sektor layanan yang berorientasi domestik seperti layanan makanan, ritel dan layanan bisnis juga sangat terpengaruh oleh aturan pemutus sirkuit.
Manufaktur adalah satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sektor ini meningkat 2,5 persen tahun-ke-tahun, meskipun melambat dari pertumbuhan 8,2 persen dalam tiga bulan sebelumnya. Secara triwulanan, sektor ini mengalami kontraksi 23,1 persen.
MTI mengatakan output dalam klaster manufaktur biomedis melonjak selama kuartal kedua, tetapi permintaan eksternal yang lemah dan gangguan di tempat kerja selama pemutus sirkuit membebani output dalam bahan kimia, teknik transportasi dan klaster manufaktur umum.
Perkiraan PDB awal sebagian besar dihitung dari data dalam dua bulan pertama triwulan, atau dalam kasus ini April dan Mei, yang merupakan dua bulan ketika kegiatan ekonomi yang tidak esensial dihentikan sementara sebagai bagian dari aturan pemutus sirkuit yang bertujuan mencegah penyebaran Covid-19.
Singapura keluar dari pemutus sirkuit pada 1 Juni dan mulai membuka kembali secara bertahap ekonominya. Singapura memasuki fase dua pembukaan kembali pada 19 Juni, yang memungkinkan toko-toko ritel kembali buka dan restoran kembali melayani pelanggan sambil mematuhi jarak fisik.