TEMPO.CO, Jakarta - Lima orang tewas dalam peristiwa penyanderaan yang dilakukan 40 orang di Gereja Pentacostal Holiness Church, Zuurbekom, Afrika Selatan, Sabtu kemarin. Menurut keterangan Kepolisian Afrika Selatan, empat korban jiwa tewas dibakar sementara sisanya tewas ditembak. Juml
"Untuk korban luka-luka, ada enam orang," ujar keterangan pers Kepolisian Afrika Selatan sebagaimana dikutip dari New York Times, Ahad, 12 Juli 2020.
Juru bicara Kepolisian Afrika Selatan, Brigadir Vish Naidoo, menduga aksi penyanderaan tersebut berkaitan dengan sengketa kepemilikan gereja. Sebab, menurut keterangan para saksi, ke-40 pelaku mencoba mengambil alih gereja teresebut.
Kepemilikan gereja Pentacostal Holiness Church memang sudah menjaga pusat sengketa sejak 2016. Terutama, sejak kepala gereja tersebut wafat. Pada tahun 2018 lalu, Kepolisian Afrika Selatan sudah sempat dipanggil ke Gereja Pentacostal Holiness Church karena terjadi baku tembak di sana.
Tahun 2019, Gereja Pentacostal Holiness Church kembali menjadi sorotan. Pencurian atau penggelapan uang gereja terjadi sana. Menurut media setempat, The Sowetan, setidaknya ada US$6,5 juta yang hilang dari gereja tersebut.
Peristiwa penyanderaan yang terjadi kemarin bisa menjadi peristiwa berdarah jika tidak dicegah menurut Kepolisian Afrika Selatan. Selain penyanderaan tersebut melibatkan puluhan orang, senjata yang digunakan pun tidak main-main. Kepolisian mengamankan 5 senapan laras panjang, 16 shotgun, 13 pistol, dan beberapa jenis senjata lainnya.
"Kami mencegah peristiwa yang berpotensi memakan lebih banyak korban," ujar keterangan pers Kepolisian Afrika Selatan. Kepolisian Afrika Selatan menambahkan bahwa sebagian besar tersangka yang ditangkap adalah mantan polisi, militer, dan sipir.
Kepolisian Afrika Selatan menegaskan bahwa investigasi lebih lanjut telah dilakukan untuk memastikan pemicu penyanderaan itu. Selain itu, untuk memastikan juga apakah korban yang ditemukan tewas terbakar adalah bagian dari kelompok pelaku.
ISTMAN MP | NEW YORK TIMES | REUTERS