TEMPO.CO, Melbourne – Chief Executive Rio Tinto, Jean Sebastien Jacques, meminta maaf atas kerusakan dua lokasi suci dan goa milik warga suku Aborigin di Australia Barat pada Mei 2020 akibat penambangan.
“Kami minta maaf atas masalah yang kami timbulkan kepada warga suku PKKP terkait peristiwa di Juukan Gorge. Prioritas pertama kami adalah tetap membangun rasa percaya dengan PKKP,” kata Jacques dalam pernyataan merujuk kepada warga Puutu Kunti Kurrama dan Pinikura.
Perusahaan tambang terbesar di dunia ini menghancurkan dua goa di Juukan Gorge.
Goa itu menyimpang bukti sejarah habitasi manusia secara berkelanjutan hingga 46 ribu tahun lalu.
Rio Tinto melakukan ini setelah mendapat izin dari pemerintah negara bagian.
Perusahaan sedang memperluas wilayah ekspansi penambangan Brockman di wilayah Pilbara, yang mengandung banyak besi.
Permintaan maaf ini menjadi pernyataan pertama CEO Rio Tinto Jacques sejak kejadian itu terjadi dua pekan lalu.
Pernyataan Jacques ini juga muncul ditengah merebaknya protes global mengenai perlakuan yang dialami kelompok minoritas di berbagai negara.
Ini dipicu demonstrasi Black Lives Matter di AS, Eropa, Australia, Jepang hingga Thailand.
Demonstrasi ini, seperti dilansir Channel News Asia, memprotes tewasnya seorang pria kulit hitam Geoge Floyd saat ditangkap seorang polisi kulit putih di Minneapolis, Amerika, pada 25 Mei 2020.
“Kami akan bekerja sama secara penuh dengan penyelidikan pemerintah,” kata Jacques soal penghancuran dua goa bersejarah milik suku Aborigin itu.