TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan militer Israel membunuh Eyad Hallaq, seorang laki-laki Palestina penyandang autisme pada Sabtu, 30 Mei 2020. Warda Abu Hadid perawat Eyad Hallaq, mengatakan dia sudah memohon agar Hallaq jangan dilukai karena dia penyandang disabilitas.
Situs middleeastmonitor.com mewartakan Hallaq ditembak dua kali di bagian dada setelah dia lari panik karena mendengar pasukan Israel berteriak. Abu Hadid mengatakan dia sudah mencoba mengingatkan tentara Israel bahwa Hallaq menderita autisme berat dan tidak banyak mengerti. Namun peringatan Abu Hadid itu tidak digubris.
“Dia penyandang disabilitas, disabilitas ! Tunggu, ini kartu identitasnya. Silakan dicek. Namun yang terjadi, mereka melepaskan tembakan sampai tiga kali kearahnya di depan mata saya. Mereka tidak mau mendengar,” kata Abu Hadid mengingat bagaimana dia mengingatkan soal kondisi Hallaq kepada tentara Israel.
Hallaq didiagnosa menderita austisme sejak kecil dan punya masalah berkomunikasi dengan orang lain. Hatem Awiwi, sepupu Hallaq, menceritakan Hallaq tidak bisa menyerap banyak hal, bahkan takt ahu lingkungan sekitarnya. Dia tidak tahu ap aitu tentara atau ap aitu senjata.
“Hallaq melihat ada orang asing (tantara Israel). Dia lalu kabar, namun mereka malah menembaknya,” kata Awiwi.
Hallaq sudah mendapatkan penanganan di sebuah pusat rehabilitasi dalam enam tahun terakhir agar disabilitas yang disandangnya bisa membaik mengingat dia bahkan tak bisa menjelaskan sendiri kalau dia menderita austisme.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz meminta maaf atas kejadian ini. Dia berkomitmen akan menginvestigasi kasus ini dan sebuah kesimpulan akan diperoleh.