TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak akan mengumumkan perubahan dramatis soal lockdown Inggris pada hari Minggu nanti, 10 Mei 2020. Pemerintah Inggris akan mengadopsi sebuah pendekatan yang penuh kehati-hatian guna memastikan tidak ada gelombang kedua wabah virus corona di negara itu.
Situs reuters.com mewartakan rencananya Perdana Menteri Johnson akan mengumumkan kebijakan baru yang diambil Inggris untuk memerangi virus corona setelah dilakukan sebuah evaluasi oleh para Menteri. Johnson kemungkinan masih akan menutup pintu perekonomian Inggris dan jutaan masyarakat Inggris masih diminta untuk tidak keluar rumah sampai enam pekan ke depan.
“Anda harus realistis, tidak ada perubahan dramatis yang dibuat dalam semalam. Kami akan sangat-sangat berhati-hati ketika larangan dilonggarkan. Sebab berdasarkan data yang kami paparkan hampir setiap hari, kita ini belum keluar dari masa kritis. Masih ada banyak tantangan dengan virus ini,” kata Menteri Lingkungan Hidup Inggris, George Eustice.
Pengunjung mengantre saat masuk supermarket Sainsburys di tengah penyebaran virus Corona di Watford, Inggris, 19 Maret 2020. Hingga kini, Inggris belum mengambil kebijakan lockdown sebagai upaya menekan penyebaran virus Corona. REUTERS/Paul Childs
Inggris melewati Italia pada pekan ini sebagai negara dengan kematian tertinggi akibat virus corona di Eropa. Angka kematian yang terus naik telah memberikan tekanan politik pada Johnson, dimana politikus oposisi dan beberapa ilmuwan menyebut Johnson lebih lamban dibanding pemimpin Eropa lainnya saat memerintahkan lockdown demi menghentikan penyebaran virus corona pada Maret 2020.
Menurut Eustice, gerai makanan pesan – antar (dibungkus) bisa beroperasi kembali karena pemerintah sebenarnya tidak pernah meminta mereka tutup. Namun dalam kondisi seperti ini, mereka bisa buka lagi dengan aman, seperti layanan McDonald’s pesan – antar, diminta untuk membuat social distancing atau jaga jarak aman.
Pemerintah Inggris saat ini juga sedang memonitor apakah mungkin dilakukan pelonggaran pembatasan orang-orang yang boleh menghadiri acara pemakaman atau kremasi menjadi 10 orang. Sebelumnya pemerintah daerah Scotlandia dan Wales mengumumkan lockdown di wilayah itu akan tetap diberlakukan (tidak dilonggarkan).