TEMPO.CO, Beijing – Kantor perwakilan Cina di Hong Kong memperingatkan kota itu tidak akan pernah tenang kecuali semua pemrotes keras dengan tutup wajah hitam ditangani.
Cina menilai para pemrotes ini sebagai virus politik, yang mencoba memerdekakan Hong Kong dari Beijing.
“Tindakan pemrotes garis keras yang berpakaian hitam itu seperti virus di masyarakat Hong Kong dan menjadi musuh besar bagi satu negara dua sistem,” begitu pernyataan dari kantor perwakilan Cina di Hong Kong pada Rabu, 6 Mei 2020 seperti dilansir Reuters.
Pejabat kantor itu juga menambahkan,”Sepanjang para pemrotes itu tidak disingkirkan, Hong Kong tidak akan pernah tenang.”
Hong Kong mengalami goncangan stabilitas politik sejak 2019, yang kerap diwarnai aksi unjuk rasa besar-besaran.
Ini dipicu penolakan pengesahan rancangan undang-undang ekstradisi, yang mengizinkan pemerintah mengirim warga Hong Kong ke Cina jika dianggap melanggar aturan di sana.
Sebagian pemrotes di Hong Kong mengenakan pakaian dan tutup wajah berwarna hitam. Mereka terlibat konflik fisik dengan polisi anti-huru hara Hong Kong dan kerap melakukan aksi vandalisme.
Para pemrotes ini meminta Hong Kong mendapatkan keleluasaan berdemokrasi lebih besar dengan bisa memilih sendiri pemimpinnya.
Hong Kong kembali ke Cina sejak 1997 dari penguasaan Inggris. Beijing menolak tudingan ada upaya untuk memberangus kebebasan di Hong Kong.
Pada akhir bulan lalu, polisi Hong Kong membubarkan massa demonstrasi pro demokrasi berjumlah sekitar 300 orang, yang sebagiannya mengenakan pakaian dan tutup wajah berwarna hitam. Ini merupakan unjuk rasa pertama sejak pemerintah melarang pengumpulan massa terkait wabah virus Corona.