TEMPO.CO, Jakarta - Yordania pada Senin, 23 Maret 2020 mengumumkan akan memperpanjang pemberlakuan jam malam hingga batas waktu yang belum ditentukan. Dengan adanya jam malam ini, maka supermarket dan toko-toko tutup.
Yordania berpenduduk 10 juta jiwa dan dalam sepekan kasus virus corona di negara itu naik dari 6 kasus menjadi 112 kasus. Sejauh ini belum ada kasus COVID-19 yang berujung kematian di negara itu.
Desainer Samia AlZakleh menunjukkan masker berlapis kristal di tokonya, di Amman, Yordania, 11 Maret 2020. Tujuan Samia memodifikasi masker tersebut agar masyarakat Yordania semakin tertarik mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus Corona. REUTERS/Muhammad Hamed
Menteri Sekertaris Negara bidang media Amjad Adailah mengatakan Pemerintah Yordania sudah membuat sejumlah kesepakatan dengan dewan kota agar mereka ikut membantu mengirimkan ke penjuru Yordania roti, air minum, gas dan obat-obatan dasar selama pemberlakukan jam malam ini. Langkah ini semata dilakukan demi menekan penyebaran virus corona.
“Kami harus mempersiapkan diri untuk masa-masa sulit,” kata Adailah, seperti dikutip dari in.reuters.com.
Sebelumnya pada Sabtu, 21 Maret 2020, Pemerintah Yordania mengumumkan pemberlakuan jam malam di seluruh negara itu, dimana aturan ini mengacu pada undang-undang darurat yang memberikan otoritas wewenang lebih besar. Yordania juga telah mengerahkan ribuan tentara untuk berjaga di pos-pos pengecekan yang ada di kota-kota besar untuk membatasi pergerakan masyarakat setelah banyak masyarakat mengabaikan seruan untuk tidak keluar rumah.
“Ada orang-orang yang tidak tahu sejauh mana bahaya yang tersembunyi dan tetap saja melanggar aturan,” kata Juru bicara militer Yordania Mukhles al Mufleh, yang menyebut sudah menahan lebih dari 800 orang yang melanggar aturan jam malam ini.
Kelompok – kelompok HAM di Yordania mengatakan banyak masyarakat Yordania yang miskin, yang sudah menderita karena ketakutan kekurangan makanan dan mereka takut akan semakin menderita dengan perpanjangan jam malam ini. Menteri Tenaga Kerja Yordania Nidal al Batyneh mengatakan masyarakat harus terbiasa dengan gaya hidup yang lebih ketat hingga krisis ini berakhir.