TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin, memberi lima hari kepada bawahannya untuk menciptakan sistem pelacakan ODP (Orang Dalam Pantauan) virus Corona (COVID-19). Adapun Mishustin meminta sistem tersebut memanfaatkan fitur geolokasi yang ada pada telepon genggam.
"Dengan sistem baru ini, warga akan mendapatkan pemberitahuan apakah mereka sempat melakukan kontak dengan mereka yang tertular virus Corona," sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 23 Maret 2020.
Mishustin melanjutkan bahwa sistem ini nantinya tidak untuk warga saja. Ia menambahkan, sistem tersebut juga untuk kepentingan pemerintah, demi mengetahui seberapa besar dan jauh penyebaran virus Corona di Rusia dan tindakan apa yang harus diambil.
Terkait privasi, Mishustin menjamin sistem ini akan legal. Ia berkata, Kremlin (pemerintah pusat Rusia) memastikan sistem serupa diperbolehkan karena diperlukan untuk penanganan virus Corona.
Kementerian Komunikasi membenarkan bahwa Mishustin telah meminta pengembangan sistem pelacakan ODP virus Corona. Memanfaatkan fitur geolokasi yang ada di telepon genggam modern, sistem ini akan mengecek siapa saja pengguna telepon genggam yang berdekatan dengan pasien virus Corona.
"Jika sudah teridentifikasi, sistem secara otomatis akan mengirimkan notifikasi untuk segera mengkarantina diri," berdasarkan keterangan dari Kementerian Komunikasi Rusia.
Di luar sistem pelacakan yang sedang dikembangkan, Rusia secara bertahap memperketat karantinanya. Walaupun kasus mereka relatif kecil dibandingkan negara-negara Eropa lainnya (367 kasus, 1 korban meninggal), Rusia tidak ingin bernasib sama seperti Italia di mana kewalahan menghadapi virus Corona.
Beberapa langkah yang sudah dilakukan Rusia sejauh ini adalah mempersiapkan sistem kesehatan nasional serta membatasi pergerakan warganya. Selain itu, warga lansia, yang rentan terkena virus Corona, diminta untuk menetap di rumah atau tinggal di Dachas, rumah peristirahatan yang biasanya terletak di daerah pinggiran.
ISTMAN MP | REUTERS