TEMPO.CO, Sydney – Pemerintah Australia mengumumkan kewajiban karantina 14 hari bagi setiap pengunjung yang datang ke negara itu terkait merebaknya wabah virus Corona.
“Kita harus mulai terbiasa dengan beberapa perubahan dalam menjalani hidup kita sehari-hari,” kata Scott Morrison, Perdana Menteri Australia seperti dilansir Channel News Asia pada 15 Maret 2020.
Morrison mengatakan semua kapal pesiar dilarang berlabuh di Australia. Dia memprediksi arus kedatangan pengunjung,”Akan segera berkurang drastis.” Sebelum ini, sejumlah penumpang kapal pesiar seperti Diamond Princess kedapatan mengalami infeksi virus Corona.
Australia telah mendeteksi 269 kasus infeksi virus Corona atau COVID-19 sejauh ini. Ada kasus penularan berjumlah cukup besar datang dari Amerika Serikat. Morrison menyebut pendatang dari AS sebagai negara sumber utama penularan virus Corona di Australia.
Sebelum ini, Australia telah melarang pendatang dari Italia, Korea Selatan, Iran, dan Cina, yang menjadi pusat penyebaran virus Corona sejak Desember 2019.
Larangan ini berarti warga asing yang pernah datang ke empat negara ini tidak diizinkan memasuki Australia selama 14 sejak meninggalkan keempat negara itu. 14 hari itu merupakan masa observasi apakah orang itu menderita gejala terkena infeksi virus Corona.
Sedangkan warga Australia dan pemegang status permanent resident di sana masih boleh pulang ke negaranya dengan syarat menjalani masa isolasi selama empat hari sejak kembali ke rumah.
Pemerintah Australia juga telah melarang gelaran pertemuan lebih dari 500 orang sejak Senin pekan ini.
Seperti dilansir Reuters, wabah virus Corona ini merebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina sejak Desember 2019. Wabah ini menyebabkan penderita mengalami radang paru-paru dan bisa berujung kepada kematian jika tidak segera menjalani pengobatan di rumah sakit.
Saat ini, sejumlah negara dan perusahaan farmasi global sedang menyiapkan vaksin untuk menyembuhkan para pasien yang terinfeksi virus Corona. Ada sekitar 120 ribu orang dari berbagai negara yang telah terinfeksi dengan korban jiwa sekitar lima ribu orang dan mayoritas berada di Cina.