TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 59 mahasiswa asal Myanmar dievakuasi keluar dari Cina menyusul penyebaran virus corona yang mematikan. Than Than Myint, Juru bicara Kementerian Kesehatan Myanmar, mengatakan ke-59 mahasiswa itu akan dikarantina selama 14 hari di rumah sakit terbesar kedua di Myanmar, Mandalay.
Dalam evakuasi ini, ada empat mahasiswa yang tidak bisa diajak pulang. Dua orang diantaranya mengalami demam tinggi sehingga mereka masih tinggal di Ibu Kota Wuhan, Cina.
“Ada dua orang yang demam tinggi sehingga Pemerintah Cina menahan mereka di Wuhan,” kata Than Than, seperti dikutip dari reuters.com.
Staf medis bersumpah sebagai anggota "tim serangan" dalam perang melawan pneumonia terkait virus corona di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, 22 Januari 2020. [Xinhua/Cheng Min/Global Times]
Kementerian Luar Negeri Myanmar dalam keterangan menjelaskan dari total empat mahasiswa yang belum bisa pulang itu, ada satu orang melanggar aturan imigrasi Cina sehingga dia masih ditahan di negara itu.
Para mahasiswa yang masih tertahan itu, harus berjuang menghadapi kurangnya pasokan makanan di wilayah yang berpenduduk 60 juta jiwa, yang secara virtual diisolasi.
“Saya hanya tinggal punya satu kentang dan tiga bungkus mie instan dan sedikit nasi,” kata Si Thun Tun, salah satu mahasiswa Myanmar yang terperangkap di Wuhan.
Myanmar sejauh ini negara yang belum mengkonfirmasi kasus virus corona. Sampai Sabtu, 1 Februari 2020, diduga lebih dari 14 ribu orang di seluruh dunia terinveksi virus corona, yang sebagian besar berasal dari Provinsi Hubei, Cina.
Sebelumnya pada Jumat, 31 Februari 2020, otoritas Myanmar memulangkan sebuah penerbangan China Southern dari Kota Guangzhou, Cina, setelah satu penumpang didalamnya mengalami sakit flu, yakni gejala yang mirip virus corona yang dengan cepat bisa menyebar. Myanmar tidak bisa melakukan uji labolatorium di negara itu dan mengirimkan sampel terduga pasien virus corona ke negara tetangga, Thailand. Hasilnya akan diketahui sepekan kemudian.