TEMPO.CO, Jakarta - Sultan Oman, Qaboos bin Said, 79 tahun, meninggal pada Jumat, 10 Januari 2020. Sultan Qaboos tercatat sebagai pemimpin terlama yang memimpin Oman.
Sultan Qaboos menjadi orang nomor satu di Oman sejak 1970. Atas kematiannya, Pemerintah Oman memberlakukan hari berkabung selama tiga hari, namun bendera setengah tiang akan dikibarkan di kantor-kantor pemerintahan sampai 40 hari ke depan.
Sultan Oman Qaboos bin Said meninggal pada Jumat, 10 Januari 2020. Pemerintah Oman menyatakan berkabung selama 3 hari. Sumber: Reuters
Dikutip dari reuters.com, Sultan Qaboos naik jabatan setelah melakukan kudeta berdarah pada 1970 atas bantuan dari Inggris. Kantor berita ONA tidak menjelaskan penyebab kematian Sultan Qaboos, namun dia diketahui sakit bertahun-tahun. Pada awal Desember 2019, dia diterbangkan ke Belgia untuk menjalani perawatan kesehatan di sana selama seminggu.
Sultan Qaboos tidak punya anak dan dia tidak menunjuk secara terbuka siapa penerusnya setelah dia meninggal. Dalam aturan Pemerintah Oman 1996, keluarga yang berkuasa di negara itu akan memilih seorang penerus dalam tempo tiga hari sebelum terjadi kekosongan tahta.
Dewan militer tinggi Oman dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 11 Januari 2020 menyerukan pada dewan keluarga berkuasa di Oman agar segera melakukan pertemuan dan memilih pemimpin yang baru. Jika dewan keluarga berkuasa gagal mencapai kata sepakat, maka dewan militer dan keamanan, kepala Mahkamah Agung dan kepala dewan konsultasi akan menyerahkan kekuasaan pada orang yang Namanya sudah secara rahasia ditulis oleh Sultan dalam amplop tertutup.
Saat ini muncul banyak spekulasi soal siapa yang sebaiknya berkuasa menyusul besarnya tantangan dalam negeri mulai dari keuangan negara yang lemah hingga tingginya angka pengangguran. Pada saat yang sama, sekarang sedang terjadi ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat yang merupakan sekutu Arab Saudi.
Sejumlah pengamat mengatakan tiga sepupu Sultan Qaboos, yakni Assad, Shihab dan Haitham bin Tariq al-Said merupakan kandidat yang paling dijagokan. Kristian Coates Ulrichsen, pengamat dari Universitas Rice yang berkantor pusat di Texas, Amerika Serikat, mengatakan proses pemilihan Sultan Oman yang baru diperkirakan akan berjalan lancar.