TEMPO.CO, Tel Aviv – Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Coveney, mengatakan mendukung pemikiran baru mengenai perdamaian Israel dan Palestina.
Dia mengatakan realita di lapangan telah berubah sejak Kesepakatan Oslo dicapai pada pertengahan 1990.
Coveney, yang mengunjungi kawasan ini untuk keempat kalinya sejak menjabat menlu pada 2017, menekankan pemerintah Irlandia terus mendorong kemajuan proses perdamaian.
“Ini harus menjadi solusi lewat negosiasi dan bukan solusi yang dipaksakan kepada Palestina karena mereka berada pada posisi negosiasi yang lebih lemah, mungkin, dibandingkan Israel,” kata Coveney seperti dilansir Times of Israel pada Selasa, 3 Desember 2019.
Dia juga menekankan solusi yang mungkin dicapai antara Israel dan Palestina adalah solusi dua negara.
Dalam wawancara dengan media Kan, Coveney juga mengulangi oposisi Dublin terhadap rancangan undang-undang yang akan mengriminalisasi impor produk dari kawasan pendudukan ke Irlandia.
Menurut dia, pemerintah Irlandia telah memblokir RUU itu agar tidak dibahas.
“Palestina terus menyuarakan aspirasi negara sendiri dan tidak ada perjanjian damai berjalan kecuali melibatkan dua negara yang berfungsi dan berdampingan,” kata Coveney.
Secara terpisah, Aljazeera melansir adanya operasi intelijen Israel di Jalur Gaza pada November 2018. Operasi itu memicu serangan udara Israel dan balasan tembakan roket Palestina.
Delapan agen Israel, yang menggunakan identitas asli keluarga di Gaza, memasuki kawasan itu pada 11 November 2019. Mereka hendak memasang alat penyadap pada sistem komunikasi internal Hamas.