TEMPO.CO, Jakarta - Cina pada Senin, 18 November 2019, menyerukan kepada Amerika Serikat agar menghentikan ketegangan di Laut Cina Selatan dan menghindari hal-hal yang tidak pasti terkait Taiwan. Permintaan itu disampaikan dalam sebuah pembicaraan tingkat tinggi antara Menteri Pertahanan Cina, Wei Fenghe dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper di Bangkok, Thailand.
Pertemuan dilakukan dua pekan setelah seorang pejabat tinggi di Gedung Putih mengecam intimidasi Cina di Laut Cina Selatan, sebuah wilayah perairan yang sangat krusial. Pertemuan itu juga dilakukan beberapa hari setelah Menhan Esper secara terbuka menuding Beijing menggunakan paksaan dan intimidasi untuk meningkatkan objektivitas strateginya di kawasan.
Presiden Cina, Xi Jiping, menginspeksi latihan perang Angkatan Laut PLA di Laut Cina Selatan, Kamis, 12 April 2018. CNN -- Xinhua
Dikutip dari aljazeera.com, Wei mendesak Esper agar berhenti memperkeruh kondisi di Laut Cina Selatan dan tidak memprovokasi sengketa Laut Cina Selatan. Sebaliknya, Amerika Serikat menuduh Beijing sedang menyusun militernya untuk ditempatkan di Laut Cina Selatan dan mencoba mengintimidasi negara-negara Asia.
Laut Cina Selatan adalah wilayah perairan yang masih dipersengketakan antara Cina dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam. Cina mengklaim kepemilikan hampir sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan yang kaya akan sumber daya energi. Beijing saat ini kecewa dengan apa yang disebut kebebasan bernavigasi yang dilakukan oleh kapal-kapal laut asal Amerika Serikat dia wilayah perairan yang dipersengketakan.
“Kami menyerukan pihak Amerika Serikat agar berhenti melakukan intervensi di Laut Cina Selatan dan berhenti melakukan provokasi militer di wilayah itu,” kata Wei.
Dalam pertemuan itu, kedua menhan juga mendiskusikan masalah Taiwan, sebuah daerah khusus bagian dari Cina. Pada Senin, 18 November 2019, Cina membenarkan kapal induk pertama yang dibuatnya telah berlayar ke selat Taiwan, dimana hal ini bagian dari latihan rutin.