TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah Kapal pengangkut asal Norwegia pada Sabtu pagi, 2 November 2019 dimasuki perompak saat melewati wilayah lepas pantai barat Afrika. Para perompak menculik kapten dan delapan awal kapal.
J.J Ugland, perusahaan pengiriman asal Norwegia, mengkonfirmasi peristiwa pembajakan ini pada Minggu, 3 November. Total 9 orang disandera dalam insiden ini.
Sembilan orang yang ditahan dibawa ke lokasi rahasia dan tidak dapat dipastikan apakah mereka ditahan untuk suatu tebusan atau tidak. Menurut Asosiasi Pemilik Kapal Norwegia, semua kru yang diculik berasal dari Filipina. Tidak dipublikasikan identitas para korban yang diculik.
Kapal bernama MV Bonita diketahui menunggu tempat berlabuh di pelabuhan Cotonou untuk melepaskan pengiriman gypsum ketika para perompak naik dan menculik awak kapal.
Berdasarkan laporan situs DN yang dikutip mirror, Senin 4 November, kru yang tersisa segera menghubungi pihak berwenang setempat dan mengirimkan peringatan darurat ke kapal-kapal terdekat lainnya.
Kru tersisa diketahui telah merapat bersama MV Bonita di kota pelabuhan Cotonou, pusat ekonomi utama negara itu.
“Tim tanggap darurat Ugland yang menangani situasi ini melakukan prosedur ketika kondisi darurat terjadi. Mereka segera menghubungi pihak berwenang terkait. Keluarga awak kapal yang diculik telah dihubungi dan akan diberi tahu perkembangan beritanya oleh Ugland,” tulis perusahaan pemilik kapal.
Melansir cnn, sebuah laporan yang dirilis pada Juli 2019 oleh organisasi nirlaba, Internasional Maritime Bureau (IMB) menyebut Teluk Guinea adalah area rawan pembajakan dunia. Sedangkan laut di sekitar Afrika barat tetap yang paling berbahaya di dunia dalam hal pembajakan.
Laporan ini juga mengatakan 73 persen dari semua penculikan di laut dan 92 persen dari penyanderaan terjadi di Teluk Guinea di lepas pantai Nigeria, Guinea, Togo, Benin dan Kamerun dari Januari hingga Juni tahun ini.
KANIA SUKU